ebooksgratis.com

See also ebooksgratis.com: no banners, no cookies, totally FREE.

CLASSICISTRANIERI HOME PAGE - YOUTUBE CHANNEL
Privacy Policy Cookie Policy Terms and Conditions
Washi - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Washi

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Sugiharagami (salah satu jenis washi)
Sugiharagami (salah satu jenis washi)
Chiyogami
Chiyogami
Origami Burung Jenjang

Washi (和紙?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.

Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.

Daftar isi

[sunting] Sejarah

[sunting] Zaman Asuka

Orang Jepang mengenal cara pembuatan kertas sekitar 500 tahun lebih awal dibandingkan dengan orang Eropa. Jepang mengenal cara pembuatan kertas berkat hubungan perdagangan dengan semenanjung Korea yang sudah terjalin sejak zaman kuno.

Menurut buku sejarah Jepang Nihon Shoki, biksu agama Buddha bernama Donchō (Dokyo) datang ke Jepang dari kerajaan Goguryeo pada tahun 610 (tahun ke-18 era Suiko). Donchō merupakan ahli dalam berbagai bidang, termasuk cara pembuatan kertas dan tinta. Di Jepang, Donchō membuat penggilingan kertas dari gilingan batu dengan tenaga penggerak kincir angin. Bahan baku kertas pada saat itu berupa bubur kertas dari serat hemp yang dihaluskan dengan gilingan batu.

Pada zaman itu, teknik pembuatan kertas merupakan rahasia negara kekaisaran Tiongkok yang tidak boleh bocor ke luar negeri. Penyebaran kertas ke Timur Tengah yang dibawa orang Arab yang menjadi bekas tawanan perang di Tiongkok baru terjadi 140 tahun sesudah dikenalnya teknik pembuatan kertas di Jepang.

Sebelum dikenal cara pembuatannya, kertas sudah digunakan di Jepang sebagai bahan pembuatan buku. Menurut literatur klasik Kojiki, pertama kali buku dibawa masuk ke Jepang oleh sastrawan bernama Wani Kishi dari kerajaan Baekje pada tahun 285 (tahun ke-16 era Kaisar Ōjin). Wani membawa 10 jilid buku Analek Konfusius dan satu jilid buku Seribu Aksara Klasik (Qiānzìwén).

Menurut penelitian sejarah, Kojiki dianggap tidak akurat karena penulis buku "Seribu aksara klasik" baru lahir 100 tahun setelah era Kaisar Ōjin. Sejarawan berpendapat bahwa buku Analek Konfusius dan Seribu Aksara Klasik baru masuk ke Jepang pada abad ke-4 atau abad ke-5.

[sunting] Zaman Nara

[sunting] Pendirian kantor Zushoryō

Seratus tahun lebih setelah cara pembuatan kertas dikenal, Jepang mulai memproduksi kertas secara massal. Menurut catatan Shōsōinmonjo (kantor penyimpanan koleksi buku kaisar), pusat industri kertas dibangun di provinsi Misaka, Harima, Mino dan Echizen pada tahun 737.

Penulisan buku sejarah Jepang (Kojiki dan Nihon Shoki) serta penulisan Fudoki (buku catatan adat istiadat, budaya dan sejarah lokal) diwajibkan oleh undang-undang Taihōritsuryō, sehingga pemerintah perlu mendirikan Zushoryō (kantor perpustakaan) untuk menyimpan buku-buku yang selesai ditulis dan membuat kertas.

Jumlah keseluruhan pegawai Zushoryō ada 34 orang, terdiri dari 20 orang yang bertugas menyalin buku dan dokumen dan 4 orang pegawai yang bertugas membuat kertas. Selain itu, kantor Zushoryō menugaskan para ahli pembuat kertas (zōshishū) untuk memproduksi kertas di 50 Kamiko (pusat pembuatan kertas) yang tersebar di provinsi Yamashiro. Pada waktu itu, target pembuatan kertas untuk keperluan pemerintah adalah sebanyak 20.000 lembar per tahun yang bebas pajak. Selain kertas untuk keperluan pemerintah, kertas yang diproduksi di berbagai tempat di Jepang dikenakan pajak.

Pada tahun 739, pemerintah mendirikan kantor transkripsi (Shakyōshi) yang bertugas menyalin dokumen, sehingga kebutuhan akan kertas semakin melonjak. Pada sekitar tahun 774, kantor Zushoryō menunjuk lebih banyak lagi provinsi sebagai pusat industri kertas. Di berbagai provinsi seperti Misaka, Harima, Izumo, Tsukushi, Iga, Kazusa, Musashi, Mino, Shinano, Kōzuke, Shimotsuke, Echizen, Etchū, Echigo, Sado, Tango, Nagato, Kii, dan Ōmi kemudian didirikan pusat-pusat industri kertas.

Walaupun pusat industri kertas sudah tersebar di sekuruh Jepang, jumlah kertas yang diproduksi masih sedikit sehingga kertas merupakan barang langka yang berharga mahal. Kertas belum pernah digunakan untuk keperluan sehari-hari dan rakyat biasa masih menulis di atas kulit kayu (mokkan) yang berharga murah.

[sunting] Jenis-jenis kertas

Kertas Mashi

Mashi adalah jenis kertas yang dibuat dengan cara pembuatan kertas yang paling tua. Bahan baku dari serat pohon Cannabis sativa L. (hemp) dan Boehmeria nivea (sejenis rami) serta jala usang yang tidak bisa lagi dipakai menangkap ikan dan kain bekas dari serat rami. Kain bekas dari rami mempunyai serat yang kuat sehingga harus dipotong-potong kecil dulu sebelum direbus atau digiling dengan penggilingan batu.
Permukaan kertas masih kasar sehingga harus dipukul-pukul dengan palu kayu di atas alas yang disebut Kamikinuta sebelum digosok dengan batu, sejenis kerang atau gigi taring binatang agar menjadi permukaan kertas yang halus dan licin. Tahap selanjutnya berupa penambalan pori-pori kertas dengan lapisan tepung mineral berwarna putih yang dibuat dari gips, batu kapur, dan kaolin. Kertas dilapisi sekali lagi dengan tepung kanji agar tinta yang dituliskan tidak merembes (belobor).
Kertas Mashi sulit ditulisi sehingga bahan baku diganti dengan serat yang sama kuat tapi mudah ditulisi. Pada perkembangan selanjutnya tercipta kertas Kokushi yang bahan bakunya dari pohon Murbei Kertas (kōzo atau kaji).

Kertas Kokushi

Kokushi adalah sebutan untuk kertas dengan bahan baku pohon Murbei Kertas (Broussonetia kazinoki atau Koku). Bahan baku berasal dari serat kulit dari dahan pohon yang masih muda. Kulit dahan pohon harus direbus dulu sebelum dapat dibuat kertas.
Permukaan kertas halus agak sedikit kasar tapi serat kertas panjang-panjang sehingga tahan lama. Kokushi banyak digunakan dalam kantor pemerintah untuk dokumen resmi dan pekerjaan penyalinan dokumen. Kertas jenis ini dapat digunakan begitu saja sebagai bahan bangunan tanpa perlu diberi warna lebih dulu.

Kertas Hishi (Ganpishi)

Hishi atau Ganpishi adalah sebutan untuk jenis kertas dengan bahan baku tanaman perdu Diplomorpha sikokiana (Ganpi) atau Edgeworthia chrysantha (Mitsumata). Serat kertas pendek-pendek dan permukaan kertas yang halus bercahaya sehingga dikenal sebagai kertas Torinoko.

Kertas Danshi (Michinokugami)

Bahan baku utama adalah kulit dahan yang masih muda dari pohon suku Celastraceae (Nishiki). Ciri khas kertas jenis ini berwarna putih dan tebal.

[sunting] Jenis kertas berdasarkan penggunaan

Menurut catatan Shōsōinmonjo, di Jepang pada saat itu sudah diproduksi kertas berwarna dengan bahan pewarna alami dan kertas yang dicampur lembaran emas. Kertas juga mulai dibuat dalam berbagai ukuran dan kualitas kertas, panjang atau pendek, kertas ukuran setengah, Hanshi (kertas untuk Shodō) dan Uwagami (kertas pembungkus). Menurut penggunaannya, kertas terdiri dari kertas untuk menulis, kertas untuk menyalin dokumen, kertas halaman sampul, dan kertas tipis untuk shōji (pintu dorong tradisional untuk pemisah ruangan).

[sunting] Kebudayaan kertas zaman Nara

Peran kertas semakin penting dalam kebudayaan agama Buddha di zaman Nara. Kertas dan kain banyak digunakan untuk menyalin sutra dan membuat patung Buddha dengan teknik lak kering (kanshitzu). Salah satu terbitan tertua di dunia yang masih tersisa sekarang bernama Hyakumantō Dharani (Seribu Pagoda dan mantra Dharani) yang ditulis pada tahun 770 (tahun pertama era Hōki). Hyakumantō Dharani berusia 700 tahun lebih tua dari teknik percetakan Letterpress yang diciptakan oleh Johann Gutenberg.

[sunting] Zaman Heian

Di zaman Heian, di dalam buku Engishiki (protokol istana di era Engi) sudah tercatat bahan-bahan untuk pembuatan kertas. Dalam literatur klasik Jepang Genji Monogatari tertulis bahwa teknik pembuatan kertas di Jepang sudah bisa menghasilkan kertas yang kualitasnya di atas kertas dari Dinasti Tang.

[sunting] Pendirian pabrik kertas

Di antara tahun 805-809 setelah ibu kota pindah ke Heian-kyō, pusat pembuatan kertas di provinsi Yamashiro ditutup dan digantikan pabrik kertas yang disebut Kamiya-in atau Kanya-in. Pada masa itu, pabrik kertas sudah menggunakan teknik asli Jepang yang disebut Nagashizuki.

[sunting] Teknik Nagashizuki

Pada teknik Nagashizuki, tikar penapis digerakkan dengan gerakan ke atas, ke bawah dan ke samping agar larutan bubur kayu menempel pada tikar penapis dan larutan bubur kayu yang berlebih kembali ke dalam air. Lapisan bubur kayu yang menempel di atas tikar penapis inilah yang kemudian dikeringkan menjadi kertas.

Teknik Nagashizuki asli Jepang berbeda dengan teknik Nagashizuki yang serupa di Tiongkok dan Korea dalam cara menggerakkan tikar penapis dan penambahan bahan perekat ke dalam larutan bubur kayu. Di Tiongkok dan Korea, tikar penapis digerakkan ke depan dan ke belakang sampai ketebalan kertas yang diinginkan tercapai, sehingga kertas yang lebih tipis dapat dihasilkan tanpa bahan perekat. Di Jepang, bahan perekat dari getah digunakan untuk mengikat serat agar lapisan serat menempel pada tikar penapis sewaktu sewaktu tikar digerakkan ke atas, ke bawah dan ke samping. Tanaman perdu Diplomorpha sikokiana (Ganpi) juga mengandung unsur bahan perekat yang membuat larutan bubur kayu menjadi lengket.

[sunting] Kertas Karakami produksi Jepang

Di zaman Heian, pemisah ruangan biasanya menggunakan kain tenun dari sutra dan kertas Karakami yang diimpor dari Tiongkok. Kertas Karakami mempunyai motif yang dibuat dengan cara mencampur Mika pada kertas. Sejalan dengan kemajuan teknik pembuatan kertas, kertas Karakami juga bisa diproduksi di Jepang.

Kertas Karakami adalah kertas Ganpi atau kertas Torinoko yang dilapis dengan bubuk kulit kerang bercampur gelatin dan dibuat motif seperti segi enam dan gaya arabesque dengan menggunakan cetakan blok kayu dan bubuk Mika. Penggunaan pintu dorong (shōji) sebagai pembatas ruangan menjadi populer di zaman Muromachi sehingga kertas Karakami mulai dikenal orang sebagai kertas Fusuma (pintu dorong).

[sunting] Kebudayaan kertas zaman Heian

Pada zaman Heian, washi dapat diproduksi dalam jumlah besar berkat pendirian pabrik-pabrik kertas dan teknik Nagashizuki. Pada masa itu, washi juga diproduksi di 44 provinsi selain produksi pabrik yang disebut Kamiya-in. Istana kaisar mulai menggunakan washi dalam jumlah banyak dan lembaran kulit kayu mulai ditingalkan.

Danshi

Pria bangsawan di zaman Heian menulis aksara Kanji di atas kertas Kokushi, sedangkan wanita menulis aksara Hiragana di atas kertas Danshi. Di zaman Heian, kertas Danshi tidak lagi dibuat dari pohon suku Celastraceae (Nishiki) melainkan dari pohon Murbei Kertas. Penjelasan mengenai kertas Danshi terdapat di dalam literatur klasik Genji Monogatari dan Makura no sōshi.

Hishi (Ganpishi)

Kertas diproduksi dengan tiga macam ketebalan (tipis, sedang dan tebal). Menurut literatur klasik Utsubo Monogatari dan Makura no sōshi, laki-laki pada zaman Heian menyenangi kertas Hishi yang tebal untuk digunakan sebagai Kaishi (kertas alas makan kue), sedangkan wanita lebih menyenangi kertas tipis.

Kaishi

Pada umumnya, bangsawan Jepang menyisipkan kertas Kaishi di bawah lengan kimono. Kaishi adalah kertas berfungsinya sebagai sapu tangan, lap cangkir (sakazuki) sewaktu minum sake, alas makan kue, atau kertas untuk menulis kalau tiba-tiba perlu menulis Waka. Menurut kebiasaan penggunaan Kaishi pada zaman Heian, laki-laki menggunakan kertas jenis Danshi dan wanita menggunakan kertas jenis Hishi.

[sunting] Akhir zaman Heian

Washi sudah diproduksi besar-besaran tetapi tetap merupakan barang langka. Kertas bahkan digunakan sebagai barang hadiah. Pada masa ini kertas mulai didaur ulang. Kertas baru hasil daur ulang yang agak kehitaman disebut sebagai kertas Usuguroshi.

[sunting] Kertas Usugiroshi

Pada tahun 880 setelah Fujiwara no Tamiko wafat, surat-surat dari Kaisar Seiwa dikumpulkan dan didaur ulang. Kertas yang dihasilkan dipakai menyalin Lotus Sutra untuk mendoakan sang arwah. Pada masa ini belum dikenal cara menghilangkan tinta dari kertas yang didaur ulang, sehingga kertas yang dihasilkan berwarna agak kehitaman.

[sunting] Penutupan pabrik kertas pemerintah

Kertas yang diproduksi pabrik kertas pemerintah (Kamiya-in) merupakan kertas berkualitas tinggi, tapi produksi kertas juga dilakukan oleh tuan tanah di daerah. Pabrik kertas pemerintah menjadi kekurangan bahan baku dan hanya bisa mendaur ulang kertas bekas pakai dan sampah kertas. Kertas daur ulang ini disebut kertas Shukushi dan kertas sudah kehilangan statusnya sebagai barang mahal. Pabrik kertas milik pemerintah (Kamiya-in) akhirnya ditutup pada zaman Istana Utara dan Selatan.

[sunting] Zaman Kamakura

Pada zaman Kamakura pemerintahan dipegang oleh kelas samurai, sehingga penggunaan washi juga meluas ke kalangan samurai. Kertas yang tebal dan kuat seperti buatan Sugiharagami buatan Harima dan Minowashi (washi dari Mino) populer di kalangan samurai.

[sunting] Washi sebagai hadiah

Washi sebagai barang langka digunakan sebagai tanda rasa hormat atau ucapan terima kasih. Menurut buku harian Midōkanpakuki, sebagai hadiah pada perayaan hari ulang tahun Buddha, Daijin (menteri) mendapat 5 jō, Nagon (penasehat) mendapat 4 jō, dan San-gi (anggota dewan) mendapat 3 jō (1 jō sama dengan 48 lembar). Di kalangan samurai, hadiah dalam bentuk washi biasanya dijadikan satu set dengan kipas lipat atau kain tenunan yang diikat dengan Mizuhiki.

[sunting] Pranala luar


aa - ab - af - ak - als - am - an - ang - ar - arc - as - ast - av - ay - az - ba - bar - bat_smg - bcl - be - be_x_old - bg - bh - bi - bm - bn - bo - bpy - br - bs - bug - bxr - ca - cbk_zam - cdo - ce - ceb - ch - cho - chr - chy - co - cr - crh - cs - csb - cu - cv - cy - da - de - diq - dsb - dv - dz - ee - el - eml - en - eo - es - et - eu - ext - fa - ff - fi - fiu_vro - fj - fo - fr - frp - fur - fy - ga - gan - gd - gl - glk - gn - got - gu - gv - ha - hak - haw - he - hi - hif - ho - hr - hsb - ht - hu - hy - hz - ia - id - ie - ig - ii - ik - ilo - io - is - it - iu - ja - jbo - jv - ka - kaa - kab - kg - ki - kj - kk - kl - km - kn - ko - kr - ks - ksh - ku - kv - kw - ky - la - lad - lb - lbe - lg - li - lij - lmo - ln - lo - lt - lv - map_bms - mdf - mg - mh - mi - mk - ml - mn - mo - mr - mt - mus - my - myv - mzn - na - nah - nap - nds - nds_nl - ne - new - ng - nl - nn - no - nov - nrm - nv - ny - oc - om - or - os - pa - pag - pam - pap - pdc - pi - pih - pl - pms - ps - pt - qu - quality - rm - rmy - rn - ro - roa_rup - roa_tara - ru - rw - sa - sah - sc - scn - sco - sd - se - sg - sh - si - simple - sk - sl - sm - sn - so - sr - srn - ss - st - stq - su - sv - sw - szl - ta - te - tet - tg - th - ti - tk - tl - tlh - tn - to - tpi - tr - ts - tt - tum - tw - ty - udm - ug - uk - ur - uz - ve - vec - vi - vls - vo - wa - war - wo - wuu - xal - xh - yi - yo - za - zea - zh - zh_classical - zh_min_nan - zh_yue - zu -