ebooksgratis.com

See also ebooksgratis.com: no banners, no cookies, totally FREE.

CLASSICISTRANIERI HOME PAGE - YOUTUBE CHANNEL
Privacy Policy Cookie Policy Terms and Conditions
Baekje - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Baekje

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Nama Korea
Hangul: 백제
Hanja: 百濟
Alihaksara Baru: Baekje
McCune-R.: Paekche

Baekje adalah salah satu dari Tiga Kerajaan Korea, menguasai wilayah sebelah barat daya Semenanjung Korea. Baekje mengaku sebagai penerus dari kerajaan Buyo dari Manchuria.

Kerajaan Baekje didirikan oleh Raja Onjo, putra ke-3 dari Jumong, raja pendiri kerajaan Koguryo. Baekje beribukotakan di Wiryeseong, yang saat ini dekat dengan kota Seoul. Puncak keemasan Baekje terjadi pada abad ke-4 Masehi ketika kekuasaannya meliputi wilayah semenanjung Korea sebelah barat daya sejauh kota Pyongyang. Baekje runtuh tahun 660 setelah dikalahkan oleh gabungan Silla dan Dinasti Tang, lalu setelah itu menjadi wilayah kekuasaan Silla Bersatu.

Daftar isi

[sunting] Sejarah

[sunting] Pendirian

Sejarah Korea

Prasejarah
 Zaman Jeulmun
 Zaman Mumun
Gojoseon
 Jin
Proto Tiga Kerajaan:
 Buyeo, Okjeo, Dongye
 Samhan: Ma, Byeon, Jin
Tiga Kerajaan:
 Goguryeo
  Perang Sui
 Baekje
 Silla, Gaya
Negara Utara-Selatan:
 Silla Bersatu
 Balhae
Tiga Kerajaan Akhir:
 Taebong, Hubaekje
Goryeo
 Perang Khitan
 Invasi Mongol
Joseon
 Invasi Jepang
 Invasi Manchu
 Kampanye Prancis
Kerajaan Korea
Penjajahan Jepang
Pemerintahan Provisional
Pembagian Korea
Korea Utara, Korea Selatan
 Perang Korea

  • Penguasa
  • Garis waktu
  • Sejarah Militer
  • Perang Naval
Portal Korea

Berdasarkan babad Korea Samguk Sagi, Baekje didirikan tahun 18 SM oleh Raja Onjo yang memimpin sebagian kecil warga Koguryo menuju selatan Semenanjung Korea, tepatnya di wilayah propinsi Jeolla saat ini. Berdasarkan catatan sejarah Cina, San Guo Zhi, pada masa Samhan, salah satu wilayah Konfederasi Mahan ada yang bernama Baekje.

Samguk sagi memberikan penjelasan detail mengenai pendirian Baekje. Jumong meninggalkan putranya Yuri di Buyo ketika ia meninggalkan kerajaan tersebut untuk mendirikan Koguryo. Jumong bergelar Dongmyeongseong setelah diangkat jadi raja di Koguryo. Ia mempunyai 2 putra lagi dari istri ke-2 nya di Koguryo, yaitu Onjo dan Biryu. Ketika Yuri datang ke Koguryo, Jumong langsung menggelarinya sebagai putra mahkota. Mengetahui bahwa Yuri akan dijadikan raja selanjutnya, Onjo dan Biryu memutuskan untuk hijrah ke selatan bersama 10 orang budak.

Onjo menetap di Wiryeseong (sekarang Hanam) dan mendirikan kerajaan yang disebut Sipje ("Sepuluh Budak"), sementara Biryu menetap di Michuhol (sekarang Incheon). Sipje hidup dengan makmur, sedangkan Biryu harus bertahan susah payah karena Michuhol berair asin dan tanahnya berawa-rawa. Biryu lalu pergi menuju Wiryeseong untuk meminta Onjo menyerahkan tampuk kepemimpinan padanya, namun Onjo menolak dan membuat Biryu mendeklarasikan perang. Biryu kalah dalam perang tersebut dan bunuh diri karena malu. Para pengikut Biryu pindah ke Wiryeseong dan diterima senang hati oleh Onjo. Onjo lalu mengganti nama kerajaanya dengan :"Baekje" atau "Seratus Budak".

Karena adanya tekanan dari negara bagian lain dari Konfederasi Mahan (Baekje pada awalnya merupakan negara bagian dari Konfederasi Mahan), Raja Onjo memindahkan ibukota dari selatan ke sebelah utara sungai Han, lalu pindah lagi ke selatan. Raja Gaeru memindahkan ibukotanya ke Gunung Buk (Bukhan) tahun 132 M di wilayah yang diperkirakan dekat dengan kota Kwangju saat ini.

Baekje perlahan-lahan menjadi kuat dan mulai mengendalikan banyak negara bagian Mahan. Masa ini disebut Masa Sebelum Tiga Kerajaan (Proto Tiga Kerajaan).

[sunting] Ekspansi

Peta Tiga Kerajaan Korea pada akhir abad ke-5
Peta Tiga Kerajaan Korea pada akhir abad ke-5

Dalam masa pemerintahan Raja Goi tahun 234-286, Baekje menjadi kerajaan seutuhnya. Babad Jepang, Nihon Shoki menyebutkan ekspansi Baekje mencapai wilayah Konfederasi Gaya di lembah Sungai Nakdong di sebelah tenggara semenanjung Korea. Rekaman sejarah Cina pertama menyebutkan Baekje sebagai sebuah kerajaan adalah pada tahun 345. Misi diplomatik pertama dari Baekje yang mencapai Jepang berdasarkan Nihon Shoki adalah pada tahun 367.

Raja Geunchogo (berkuasa dari 346-375) menyatukan berbagai negara bagian Konfederasi Mahan serta memperluas teritorinya ke utara melawan Koguryo. Dalam masa pemerintahannya wilayah Baekje meliputi wilayah Korea sebelah barat, dan pada tahun 371 pernah mengalahkan Koguryo dalam perang di Pyongyang. Baekje juga tercatat pernah menjalin hubungan dagang dengan Koguryo, mengadopsi kebudayaan dan teknologi Cina, serta menganut agama Buddha pada tahun 384.

Baekje yang mempunyai armada laut yang kuat, menjalin hubungan baik dengan pemimpin Jepang pada zaman yamato. Baekje mentransfer tulisan Kanji, agama Buddha, kemampuan membuat tembikar, upacara penguburan dan berbagai bentuk kebudayaan lain kepada Jepang melalui bangsawan, seniman, ahli, dan pendeta Buddhanya. .[1]

[sunting] Periode Ungjin

Ibukota Baekje pindah ke Ungjin (sekarang Gongju) dari tahun 475-538. Hal ini disebabkan perang dengan Koguryo yang menyebabkan Wiryeseong jatuh ke tangan Koguryo. Nihon Shoki menyebutkan bahwa Ungjin diberikan oleh kaisar Jepang kepada Raja Munju, yang menunjukkan bahwa wilayah ini dikuasai oleh Jepang (terletak di Korea). Ungjin terletak di dalam wilayah pegunungan, sehingga terisolasi dari dunia luar. Pada periode ini Baekje membentuk aliansi bersama Silla untuk melawan Koguryo.

[sunting] Periode Sabi

Periode Sabi berlangsung dari tahun 538-660, saat tahun 538 Raja Seong memindahkan lagi ibukota ke Sabi (saat ini kabupaten Buyo). Masa ini Baekje berkembang pesat, dan secara resmi nama lainnya adalah Nambuyo (Buyo Selatan), yang diambil dari Kerajaan Buyo, asal muasal dari Baekje.

Raja Seong mempererat hubungan dengan Cina dalam bidang perdagangan dan diplomasi selama abad ke-6 dan ke-7. Sementara itu, hubungan dengan Silla semakin merenggang.

[sunting] Kejatuhan dan Pergerakan Kebangkitan

Pada than 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje. Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara Raja Uija dan putranya diasingkan ke Cina. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa warga Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai 130.000 orang. Jenderal Boksin menunjuk pangeran Buyo Pung (putra Raja Uija yang selamat) sebagai raja baru Baekje. Baekje meminta pertolongan pada Pangeran Naka no Ōe (yang nanti menjadi Kaisar Tenji) dari Jepang. Pangeran Naka no Ōe mengirimkan Abe no Hirafu, seorang gubernur propinsi Koshi ke Baekje.

Pada tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam pertempuran di atas air melawan Silla dalam Perang Baekgang. Tang juga mengirimkan 7000 tentara dan 170 kapal perang. Baekje menderita kekalahan setelah terjadi 5 kali pertempuran di sungai Geum selama bulan Agustus tahun 663.

[sunting] Struktur Sosial dan Politik

Raja Goi pertama kali menerapkan sistem patrilineal yang melestarikan suksesi kerajaan.

Pada awal periode Baekje, Hae dan Jin adalah dua klan yang berpengaruh, sebagian besar ratu berasal dari kedua klan ini dan suksesi ini berlangsung dalam waktu yang lama. Kemungkinan besar klan Hae adalah klan yang menguasai tampuk kerajaan sebelum digantikan oleh klan Buyo. Kedua klan ini kemungkinan juga berasal dari Kerajaan Buyo di utara. Klan Hae dan Buyo bersama 7 klan yaitu Sa, Yeon, Hyeop, Jin, Guk, Mok, dan Baek adalah klan-klan kuat di masa Sabi.

Pegawai kantor kerajaan dibagi ke dalam 16 ranking, 6 orang anggota pertama dari ranking membentuk sebuah kabinet, dengan pemimpin dipilih setiap 6 tahun sekali. Dalam ranking Sol, pegawai pertama (Jwapyeong) sampai ke-6 (Naesol) bertanggung jawab dalam urusan politik, adminstrasi, dan militer. Dalam tingkat Deok, pegawai ke-7 (Jangdeok) sampai ke-11 (Daedeok) mungkin ditugaskan dalam banyak bidang, sedangkan tingkatan Mundok, Mudok, Jwagun, Jinmu dan Geuku bertanggung jawab sebagai administrator kemiliteran.

[sunting] Bahasa dan Kebudayaan

Baekje didirikan oleh imigran dari Koguryo yang berbicara bahasa Buyo, yang masih berhubungan dengan bahasa kerajaan Gojoseon dan Kerajaan Buyeo. Sedangkan rakyat Samhan (yang pernah menjajah Baekje) kemungkinan berbicara dalam bahasa yang sama namun mempunyai dialek atau variasi bahasa berbeda dengan bahasa Buyo, karena nenek moyangnya berasal dari tempat yang sama, namun orang Samhan sudah datang ke selatan terlebih dahulu.

Seniman Baekje mengadopsi budaya Cina dan menyesuaikannya menjadi tradisi yang unik. Hasil karya seni Baekje sangat dipengaruhi oleh agama Buddha. Keindahan seni Baekje terlukis dalam Senyum Baekje yang terdapat pada banyak karya seni dan patung Buddha. Pada masa Sabi di tahun 541, banyak seniman dari Cina (Dinasti Liang) dikirim ke Baekje, sehingga semakin memperluas pengaruh Cina pada kebudayaan Korea. Namun, pengaruh asli Baekje tidak hilang begitu saja. Makam raja Muryeong (berkuasa 501-523) walaupun dimodelkan dari Cina namun tidak menghilangkan tradisi asli Baekje yang sudah berakar sebagai bangsa dari utara. Dalam makam tersebut ditemukan ornamen khas Baekje seperti mahkota, ikat pinggang emas, dan giwang emas. Karya seni khas Baekje yang lain adalah desain genting batu bebentuk lotus, pola batu bata yang menjalin, lekukan dalam gaya keramik, bentuk epitaph yang elegan, ukiran-ukiran Buddha, pagoda, pembakar kemenyan dan sebagainya.

Sedikit yang diketahui mengenai musik Baekje, namun, musisi-musisinya pernah dikirim ke Cina pada abad ke-7 untuk belajar.

[sunting] Relasi dengan asing

[sunting] Relasi dengan Cina

Pada tahun 372, Raja Geunchogo mengirimkan utusan kepada Dinasti Jin yang berada di lembah Sungai Yangtze. Setelah Dinasti Jin runtuh, Baekje kembali mengirim utusannya kepada dinasti yang baru, Dinasti Song. Baekje juga mengirimkan utusan kepada Dinasti Wei Utara pada tahun 472 dan Raja Gaero meminta bantuan untuk menyerang Koguryo. Raja Muryeong dan Raja Seong pernah beberapa kali mengirim utusan ke Dinasti Liang untuk menerima gelar kehormatan.

[sunting] Catatan

  1. ^ "Korean Buddhism Basis of Japanese Buddhism," Seoul Times, June 18, 2006; "Buddhist Art of Korea & Japan," Asia Society Museum; "Kanji," JapanGuide.com; "Pottery," MSN Encarta; "History of Japan," JapanVisitor.com.

[sunting] Pranala luar


aa - ab - af - ak - als - am - an - ang - ar - arc - as - ast - av - ay - az - ba - bar - bat_smg - bcl - be - be_x_old - bg - bh - bi - bm - bn - bo - bpy - br - bs - bug - bxr - ca - cbk_zam - cdo - ce - ceb - ch - cho - chr - chy - co - cr - crh - cs - csb - cu - cv - cy - da - de - diq - dsb - dv - dz - ee - el - eml - en - eo - es - et - eu - ext - fa - ff - fi - fiu_vro - fj - fo - fr - frp - fur - fy - ga - gan - gd - gl - glk - gn - got - gu - gv - ha - hak - haw - he - hi - hif - ho - hr - hsb - ht - hu - hy - hz - ia - id - ie - ig - ii - ik - ilo - io - is - it - iu - ja - jbo - jv - ka - kaa - kab - kg - ki - kj - kk - kl - km - kn - ko - kr - ks - ksh - ku - kv - kw - ky - la - lad - lb - lbe - lg - li - lij - lmo - ln - lo - lt - lv - map_bms - mdf - mg - mh - mi - mk - ml - mn - mo - mr - mt - mus - my - myv - mzn - na - nah - nap - nds - nds_nl - ne - new - ng - nl - nn - no - nov - nrm - nv - ny - oc - om - or - os - pa - pag - pam - pap - pdc - pi - pih - pl - pms - ps - pt - qu - quality - rm - rmy - rn - ro - roa_rup - roa_tara - ru - rw - sa - sah - sc - scn - sco - sd - se - sg - sh - si - simple - sk - sl - sm - sn - so - sr - srn - ss - st - stq - su - sv - sw - szl - ta - te - tet - tg - th - ti - tk - tl - tlh - tn - to - tpi - tr - ts - tt - tum - tw - ty - udm - ug - uk - ur - uz - ve - vec - vi - vls - vo - wa - war - wo - wuu - xal - xh - yi - yo - za - zea - zh - zh_classical - zh_min_nan - zh_yue - zu -