Konsili Vatikan I
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Konsili Ekumenis Vatican I | |
Waktu | 1869-1870 (secara formal ditutup pada tahun 1960 sebelum Vatikan II) |
Diakui oleh | Seluruh Katolik, kecuali Gereja Katolik Lama |
Konsili sebelumnya | Konsili Trente |
Konsili sesudahnya | Konsili Vatikan II |
Dihimpunkan oleh | Paus Pius IX |
Dipimpin oleh | Pus Pius IX |
Peserta | 744 |
Topik pembahasan | rasionalisme, liberalisme, materialisme; inspirasi Injil; infalibilitas Paus |
Dokumen | Dei Filius, Pastor Aeternus |
Daftar kronologis dari konsili ekumenis |
Konsili Vatikan Pertama dihimpunkan oleh Paus Pius IX melalui bula kepausan Aeterni Patris pada 29 Juni 1868. Sidang Pertama dilaksanakan di Basilika Santo Petrus pada 8 Desember 1869. Konsili ini merupakan konsili ekumenis kedua puluh bagi Gereja Katolik Roma, yang dihadiri hampir 800 pimpinan gereja.
Tujuan utama Paus menghimpunkan Konsili ini adalah untuk memperoleh konfirmasi akan sikap yang telah ditetapkannya dalam Syllabus Errorum (1864), yang mengutuk serangkaian aliran rasionalisme, liberalisme, dan materialisme.
Tujuan Konsili ini selain pengutukan itu, adalah untuk mendefinisikan doktrin mengenai gereja. Selama tiga Sidang, terlaksana diskusi dan persetujuan akan hanya dua konstitusi: Dei Filius (Konstitusi Dogmatis mengenai Iman Katolik, berisikan di antaranya iman Katolik bahwa Alkitab diinpirasikan oleh Allah) dan Pastor Aeternus (Konstitusi Dogmatik Pertama Gereja mengenai Kristus, menguraikan tentang keutamaan dan infalibilitas Uskup Roma ketika sedang memberikan dogma).
Definisi infalibilitas paus bukanlah merupakan agenda orisinil untuk didiskusikan (Pius IX merasa bahwa tidak pantas baginya untuk memasukkan topik tersebut dalam agenda), tetapi segera ditambahkan setelah konsili dimulai. Hal ini menjadi kontroversial, bukan karena banyak yang tidak percaya bahwa Paus tidak bisa salah, tetapi karena kebanyakan merasa bahwa doktrin tersebut tidak seharusnya dijadikan sebagai dogma resmi. John Henry Newman, sebagai contoh, menyatakan bahwa definisi formal seperti itu dapat menyebabkan banyak orang akan meninggalkan imannya. Beberapa khawatir bahwa hal ini akan mendorong kecurigaan baru bahwa orang Katolik memiliki kesetiaan ganda. Pandangan ini disampaikan oleh dua pertiga Uskup Amerika Serikat dan banyak dari Perancis dan Jerman.
Sebanyak 60 anggota Konsili kemudian bersikap absen dengan meninggalkan Roma sehari sebelum pemungutan suara. Uskup Agung Antonio Maria Claret (di kemudian hari dikanonisasi), seorang dari pengadilan kerajaan Spanyol dan pendiri dari Misionaris Putra-Putra Hati Maria Imakulata (Misionaris Claretian), dengan keras mengutuk "penghujatan dan bidah yang diucapkan di atas lantai dalam Konsili ini," dan merupakan salah satu pembela terkuat dari isu infalibilitas paus dan keutamaan Tahta Suci Roma. Dia adalah satu-satunya anggota Konsili yang dikanonisasi menjadi Santo (dibeatifikasi pada 1934 dan dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada 1950). Kemudian ia meninggal di biara Cistercian di Fontroide, Perancis, pada 24 Oktober 1870. Diskusi dan persetujuan mengenai konstitusi tersebut memunculkan kontroversi serius yang membawa kepada pengunduran diri dari mereka yang di kemudian hari dikenal sebagai Gereja Katolik Lama.
Pecahnya perang Perancis-Prussia terjadi di tengah-tengah masa Konsili, menyebabkannya ditunda akibat jatuhnya Roma, dan Konsili ini akhirnya tidak pernah dilanjutkan. Konsili ini secara resmi tidak pernah ditutup sampai berpuluh tahun berikutnya, dan secara resmi ditutup pada waktu persiapan Konsili Vatikan Kedua. Hasil dari Konsili Vatikan Pertama ini menunjukkan kemenangan gerakan Ultramontanisme yang mendukung pemerintahan sentral Vatikan bagi Gereja Katolik. Peningkatan kesadaran akan identitas diri sebagai kaum Katolik Roma pun bermunculan di seluruh dunia, seiring dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan di kehidupan religius dan kepastoran, bersama-sama dengan aktivitas politik pro-Katolik yang jelas di masing-masing negara.