Teh hitam
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Teh hitam lebih teroksidasi daripada ragam teh hijau, oolong dan putih; keempat varietas itu terbuat dari daun Camellia sinensis. Teh hitam umumnya lebih berasa seleranya dan lebih banyak mengandung kafein daripada teh yang tak teroksidasi.
Dalam bahasa Tionghoa dan bahasa-bahasa yang secara kultural dipengaruhi, teh hitam dikenal sebagai teh merah (紅茶, Bahasa Mandarin hóngchá; bahasa Jepang kōcha; bahasa Korea hongcha), barangkali merupakan deskripsi lebih akurat atas warna airnya. Namun, nama teh hitam bisa pula merujuk ke warna daun yang teroksidasi. Dalam bahasa Tionghoa, teh hitam adalah klasifikasi yang umum digunakan buat teh pascafermentasi, seperti teh Pu-erh. Namun, di dunia Barat, "teh merah" biasanya merujuk ke tisane rooibos dari Afsel.
Bila teh hijau biasanya kehilangan rasanya dalam setahun, rasa teh hijau tetap bertahan selama beberapa tahun. Atas alasan ini, teh hijau sudah lama diperdagangkan, dan balok teh hitam yang dipadatkan malah menjadi mata uang de facto di Mongolia, Tibet dan Siberia pada abad ke-19[1].
Istilah teh hitam juga digunakan untuk menggambarkan secangkir teh tanpa susu, mirip dengan kopi yang dihidangkan susu maupun krim. Di negara-negara Persemakmuran, teh hitam biasanya tidak diminum begitu saja tapi diberi susu.
[sunting] Rujukan
- ^ Ken Bressett "Tea Money of China" International Primitive Money Society Newsletter Number 44, Agustus 2001
[sunting] Pranala luar
- Hope, S-J, K Daniel, K L Gleason, S Comber, M Nelson dan J J Powell, "Influence of tea drinking on manganese intake, manganese status and leucocyte expression of MnSOD and cytosolic aminopeptidase P," European Journal of Clinical Nutrition 60: 1-8; advance online publication, 24 Agustus 2005; doi:10.1038/sj.ejcn.1602260