ebooksgratis.com

See also ebooksgratis.com: no banners, no cookies, totally FREE.

CLASSICISTRANIERI HOME PAGE - YOUTUBE CHANNEL
Privacy Policy Cookie Policy Terms and Conditions
Perang Kemerdekaan Bangladesh - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Perang Kemerdekaan Bangladesh

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Artikel ini sedang dalam perubahan besar untuk sementara waktu.
Dengan demikian diharapkan supaya tidak melakukan perubahan isi artikel ini selama pesan ini ditampilkan.

Pesan ini untuk menginformasikan agar pengguna lain tidak melakukan penyuntingan sehingga konflik penyuntingan bisa dihindari.
(Catatan: pesan ini dapat dihapus kapan saja jika dirasa sudah memakan waktu terlalu lama)

Perang Kemerdekaan Bangladesh
Tanggal 26 Maret 197116 Desember 1971
Lokasi Bangladesh
Hasil • Kemenangan Bangladesh dan India

• Kemerdekaan Bangladesh

Perubahan wilayah Pakistan Timur menjadi Bangladesh
Pihak yang terlibat
Mukti Bahini
 India
 Pakistan
Komandan
Jendral M A G Osmani
Jendral Jagjit Singh Aurora
Jendral Sam Manekshaw
Jendral A. A. K. Niazi
Jendral Tikka Khan
Kekuatan
India: 250.000 [1]
Mukti Bahini: 100.000[1][2]
Pakistan: ~ 100.000

Paramiliter: ~25.000[3]

Jumlah korban
India: 1.426 tewas
3.611 terluka (resmi)
1.525 tewas
4.061 terluka [4]


Mukti Bahini: ??? tewas.

Pakistan ~8.000 tewas
~10.000 terluka
91.000 ditangkap
(56.694 tentara
12.192 paramiliter
sisanya penduduk)[4]

[5]

Sekitar 26.000[6] dan 3.000.000[7] penduduk tewas

Perang Kemerdekaan Bangladesh (Bengali: মুক্তিযুদ্ধ Muktijuddho), adalah perang antara Pakistan Barat (kini Pakistan dan Pakistan Timur (kini Bangladesh), dari tanggal 26 Maret sampai 16 Desember 1971. Perang ini dimulai sebagai perlawanan Mukti Bahini di Pakistan Timur. Bantuan India terhadap Mukti Bahini menyebabkan konflik bersenjata antara India dan Pakistan (Perang India-Pakistan 1971). Tentara militer India dan Mukti Bahini menaklukan pasukan Pakistan Barat di Pakistan Timur. Setelah perang ini, Pakistan Timur merdeka sebagai negara yang kini disebut Bangladesh.

Daftar isi

[sunting] Latar belakang

Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut Pakistan. Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya berada di ujung barat subbenua India, sedangkan yang lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya, Pakistan Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi Timur secara ekonomi, menyebabkan banyak keluhan.

Pada tanggal 25 Maret 1971, bangkitnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme budaya di Pakistan Timur ditemui oleh pasukan brutal[8] penekan dari Pakistan Barat[9] yang disebut Operasi Searchlight.[10]

Pemecahan kekerasan oleh tentara Pakistan Barat[11] menyebabkan pernyataan kemerdekaan Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan akan dimulainya perang saudara. Perang ini menyebabkan lautan pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta penduduk)[12][13] membanjiri provinsi timur India[12]. Karena menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.

[sunting] Keluhan Pakistan Timur

[sunting] Eksploitasi ekonomi

Pakistan Barat (terdiri dari empat provinsi: Punjabi, Sindh, Balochistan dan Provinsi Perbatasan Barat Laut) mendominasi politik negara dan menerima lebih banyak uang dari dana umum daripada Timur yang lebih padat.

Tahun Pengeluaran Pakistan Barat (dalam crore Rupee) Pengeluaran Pakistan Timur (dalam crore Rupee) Jumlah pengeluaran di Timur sebagai presentase Barat
1950–55 1.129 524 46.4
1955–60 1.655 524 31.7
1960–65 3.355 1.404 41.8
1965–70 5.195 2.141 41.2
Jumlah 11.334 4.593 40.5
Sumber: Laporan Juri Penasehat Rencana Lima Tahun ke-4 1970-75, Volume I, dipublikasikan oleh Komisi Perencanaan Pakistan (Referensi cepat: crore = 107, atau 10 juta)

[sunting] Perbedaan politik

Meskipun Pakistan Timur merupakan mayoritas populasi negara, kekuatan politik dipegang dengan kuat dalam tangan Pakistan Barat, terutama Punjabi. Sejak sistem representasi langsung berdasarkan populasi akan memusatkan kekuatan politik di Pakistan Timur, pendirian Pakistan Barat naik dengan skema "Satu Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat dianggap sebagai satu provinsi. Hal ini semata-mata dilakukan untuk mengimbangi suara sayap Timur. Ironisnya, setelah Timur memisahkan diri untuk membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta dengan tegas bahwa politik di Pakistan Barat kini ditentukan dengan basis suara langsung, karena Punjabi berjumlah lebih banyak dari grup lainnya, seperti Sindhi, Pashtun, atau Baloch.

Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951, kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan terkadang militer. Kepala eksekutif dan Perdana Menteri seringkali rusak akibat pendirian ini, berperan melalui Presiden.

Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin, Muhammad Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh pendirian Pakistan Barat. Kediktatoran militer Ayub Khan (27 Oktober 195825 Maret 1969) dan Yahya Khan (25 Maret 196920 Desember 1971), yang keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya mempertinggi perasaan seperti itu.

Pidato bersejarah Sheikh Mujibur Rahman pada tanggal 7 Maret 1971.
Pidato bersejarah Sheikh Mujibur Rahman pada tanggal 7 Maret 1971.

Situasi mencapai titik klimaks ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik terbesar Pakistan Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan pemilihan umum. Partai ini memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk Pakistan Timur, dan demikian merupakan mayoritas dari 313 kursi Majelis Nasional. Hal ini memberikan Liga Awami hak konstitusi untuk membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang Sindhi), pemimpin Partai Rakyat Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri Pakistan. Ia mengusulkan agar terdapat dua Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini menimbulkan kemarahan di sayap timur, telah terluka dibawah inovasi konstitusi lainnya, "skema satu kesatuan". Bhutto juga menolak menerima Enam Titik Rahman. Pada 3 Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap bersama dengan Presiden Jendral Yahya Khan bertemu di Dhaka untuk menentukan takdir negara. Pembicaraan gagal, sehingga Sheikh Mujibur Rahman memanggil aksi negara.

Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda (kini disebut Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, ia menyebutkan kondisi empat titik untuk mempertimbangkan pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret:

  1. Dicabutnya darurat militer.
  2. Ditariknya seluruh personel militer ke barak.
  3. Penyelidikan kematian.
  4. Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum pertemuan majelis nasional 25 Maret.

Ia meminta "rakyatnya" untuk mengubah setiap rumah menjadi bentang perlawanan. Ia menutup pidatonya dan mengatakan "Perlawanan kita untuk kebebasan kita. Perlawanan kita untuk kemerdekaan kita." Pidato ini dianggap sebagai hal utama yang menginspirasi negara bertempur untuk kemerdekaan mereka. Jendral Tikka Khan dikirim ke Dhaka untuk menjadi Gubernur Benggala Timur. Juri Pakistan Timur, termasuk Justice Siddique, menolak untuk mengambil sumpahnya.

Antara 10 dan 13 Maret, Maskapai Internasional Pakistan membatalkan semua rute internasional mereka karena secara darurat menerbangkan "Penumpah Pemerintahan" ke Dhaka. "Penumpang Pemerintahan" tersebut hampir semuanya merupakan tentara Pakistan yang mengenakan pakaian sipil. MV Swat, kapal dari Angkatan Laut Pakistan, membawa amunisi dan tentara, berlabuh di Pelabuhan Chittagong dan pekerja dan pelaut Benggala di pelabuhan menolak membongkar muatan kapal. Senapan Pakistan Timur menolak mematuhi komando untuk menyerang demonstran Benggala, memulai pemberontakan tentara Benggala.

[sunting] Ketidakseimbangan militer

Benggala kurang diwakili dalam militer Pakistan. Perwira yang berasal dari Benggala di sayap angkatan bersenjata yang berbeda hanya 5% dari seluruh pasukan pada tahun 1965; dari 5% tersebut, hanya sedikit yang berada pada posisi komando, dengan mayoritas bertugas dalam hal teknis dan administratif.[14] Pakistan Barat percaya bahwa Benggala tidak seperkasa Pashtun dan Punjabi; pengertian "ras perkasa" dihilangkan dari Benggala.[14] Lebih lagi, meskipun biaya pertahanan besar, Pakistan Timur tidak menerima keuntungan, seperti kontrak, pembelian dan pekerjaan pendukung militer. Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan wilayah Kashmir juga menunjukan ketidakamanan militer Benggala, sebab hanya terdapat divisi infantri dibawah kekuatan dan 15 pesawat tempur tanpa bantuan tank yang berada di Pakistan Timur untuk melawan serangan-serangan India selama konflik.[15][16]

[sunting] Kontroversi bahasa

Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah, Gubernur Jenderal pertama Pakistan, menyatakan di kota Dhaka bahwa "Urdu, dan hanya Urdu" yang akan menjadi bahasa resmi di seluruh Pakistan.[17] Hal ini menjadi kontroversi besar, karena Urdi adalah bahasa yang hanya dituturkan di Barat oleh Muhajir dan di Timur oleh Biharis. Mayoritas grup di Pakistan Barat menuturkan bahasa Punjabi dan bahasa Sindhi, sementara bahasa Bangla dituturkan oleh mayoritas penduduk Pakistan Timur.[18] Kontroversi bahasa akhirnya mencapai titik ketika Pakistan Timur berevolusi. Beberapa pelajar dan penduduk kehilangan nyawa mereka dalam penumpasan oleh polisi pada tanggal 21 Februari 1952.[18] Hari itu disebut sebagai Hari Martir Bahasa di Bangladesh dan Benggala Barat. Selanjutnya, dalam ingatan pembunuhan tahun 1952, UNESCO menyatakan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 1999.[19]

Di Pakistan Barat, pergerakan ini dianggap sebagai pemberontakan sekte terhadap minat nasional Pakistan[20] dan ideologi pendiri Pakistan, Teori Dua Negara.[21] Politikus Pakistan Barat menganggap Urdu sebagai produk budaya Islam India,[22] seperti yang dikatakan Ayub Khan pada tahun 1967:

Benggala Timur... masih berada di bawah budaya dan pengaruh Hindu yang cukup besar."[22]

Namun, kematian menyebabkan perasaan pahit di antara Pakistan Timur, dan merupakan faktor utama dalam dorongan menuju kemerdekaan.[22][21]

[sunting] Respon terhadap siklon Bhola 1970

Jalur siklon Bhola.
Jalur siklon Bhola.

Siklon Bhola 1970 tiba di pantai Pakistan Timur pada sore tanggal 12 November, dalam waktu yang sama dengan air pasang lokal,[23] menyebabkan kira-kira 300.000 sampai 500.000 orang tewas. Meskipun jumlah kematian langsung tidak diketahui, siklon ini dianggap sebagai siklon tropis paling mematikan.[24] Satu minggu setelah siklon, Presiden Khan mengakui bahwa pemerintahannya "terpeleset" dan melakukan "kesalahan" dalam menangani usaha bantuan karena kurangnya pengertian mengenai besarnya bencana.[25]

Sebuah pernyataan dikeluarkan oleh sebelas pemimpin politik di Pakistan Timur sepuluh hari setelah siklon menimpa dan membebankan pemerintah dengan "kelalaian bruto, kelalaian tidak berperasaan dan kelalaian sepenuhnya". Mereka juga menuduh presiden memainkan ulasan berita.[26] Pada 19 November, pelajar melakukan demonstrasi di Dhaka memprotes mengenai lambatnya respon pemerintah[27] dan Maulana Abdul Hamid Khan Bhashani memanggil 50.000 orang pada 24 November, sementara ia menuduh presiden tidak efisien dan meminta pengunduran dirinya sebagai presiden

Dengan konflik antara Pakistan Timur dan Barat berkembang pada bulan Maret, kantor dua organisasi pemerintahan di Dhaka yang secara langsung terlibat dalam usaha bantuan ditutup selama dua minggu, pertama oleh aksi umum dan lalu oleh pelarangan bekerja di Pakistan Timur oleh Liga Awami. Dengan peningkatan ketegangan, personel asing dievakuasi karena ketakutan akan kekerasan. Pekerja sosial terus bekerja di lapangan, tetapi rencana jangka panjang dibatasi.[28] Konflik ini meluas menjadi Perang Kemerdekaan Bangladesh pada bulan Desember dan berakhir dengan didirikannya negara Bangladesh. Siklon Bhola 1970 merupakan peristiwa alam pertama yang menyebabkan terjadinya perang saudara.[29]

[sunting] Operasi Searchlight

Pengamanan militer oleh Angkatan Bersenjata Pakistan — dinamai Operasi Searchlight — dimulai pada tanggal 25 Maret untuk mengendalikan gerakan nasionalis Benggala[30] dengan menguasai kota utama pada 26 Maret, dan lalu menghabisi semua oposisi, politik ataupun militer[31], dalam waktu satu bulan. Sebelum dimulainya operasi, semua jurnalis asing secara sistematis dideportasi dari Pakistan Timur [32]

Fase utama Operasi Searchlight berakhir dengan jatuhnya kota utama terakhir Benggala pada pertengahan bulan Mei. Operasi ini juga memulai kekejaman di Bangladesh 1971. Pembunuhan sistematik tersebut membuat marah Benggala, yang menyebabkan penarikan pasukan dari Pakistan Timur pada tahun yang sama. Media internasional dan buku referensi mempublikasi jumlah korban yang bervariasi, dari 5.000–35.000 di Dhaka, dan 200.000–3.000.000 di seluruh Bangladesh.[7][33]

Menurut Asia Times,[34]

Pada pertemuan petinggi militer, Yahya Khan menyatakan: "Bunuh 3 juta dari mereka dan sisanya akan menyerah pada kita." Pada malam 25 Maret, Tentara Pakistan melancarkan Operasi Searchlight untuk menghancurkan perlawanan Benggala dengan anggota pelayanan militer Benggala dilucuti dan dibunuh, pelajar dan kaun cendekiawan secara sistematis dibunuh dan pria Benggala yang sehat dan tidak cacat dibawa dan ditembak.

Meskipun kekerasan fokus berada di ibukota provinsi, Dhaka, proses eliminasi etnis juga dilakukan di seluruh Bangladesh. Balai Universitas Dhaka menjadi sasaran. Satu-satunya balai Hindu — Balai Jagannath — dihancurkan oleh angkatan bersenjata Pakistan, dan diperkirakan 600 sampai 700 orang dibunuh. Tentara Pakistan membantah adanya pembunuhan berdarah dingin di universitas, meskipun komisi Hamood-ur-Rehman di Pakistan menyatakan bahwa tentara yang berlebih digunakan di universitas. Fakta mengenai pembantaian di Balai Jagannath dan asrama pelajar Universitas Dhaka terdekat dikuatkan oleh video yang diam-diam direkan oleh Prof. Nurul Ullah dari Universitas Tekhnik Pakistan Timur, yang kediamannya secara langsung berseberangan dengan asrama pelajar. [35]

Wilayah Hindu di seluruh Bangladesh mengalami pukulan keras. Pada tengah malam, Dhaka terbakar, terutama kota bagian timur yang didominasi oleh Hindu. Majalah Time melaporkan pada 2 Agustus 1971, "Warga beragama Hindu, yang merupakan 3/4 dari pengungsi dan mayoritas korban yang tewas, telah mendapat celaka besar dari kebencian militer Pakistan."

Sheikh Mujibur Rahman ditangkap oleh Tentara Pakistan. Yahya Khan menunjuk Brigadir Rahimuddin Khan (nantinya Jendral) untuk memimpin pengadilan khusus Mujib dengan dua tuduhan. Rahimuddin menghukum mati Mujib, tetapi keputusan hakim terlantar. Pemimpin Liga Awami lainnya juga ditangkap, sementara sebagian melarikan diri dari Dhaka agar tidak ditangkap. Liga Awami dilarang oleh Jendral Yahya Khan.

[sunting] Deklarasi kemerdekaan

Kekerasaan yang disebabkan oleh tentara Pakistan pada 25 Maret 1971, membuat marah Benggala. Dengan kemarahan tersebut, Sheikh Mujibur Rahman menandatangani deklarasi resmi yang berisi:

Hari ini, Bangladesh adalah negara yang merdeka dan berdaulat. Pada Kamis malam, angkatan bersenjata Pakistan Barat tiba-tiba menyerang barak polisi di Razarbagh dan markas EPR diT Pilkhana, Dhaka. Banyak rakyat tak berdosa dan tak bersenjata dibunuh di kota Dhaka dan tempat lainnya di Bangladesh. Pecahnya kekerasan antara E.P.R. dan Polisi dalam satu tangan dan angkatan bersenjata Pakistan di tangan lainnya, sedang terjadi. Rakyat Benggala bertempur melawan musuh dengan keberanian besar untuk kemerdekaan Bangladesh. Semoga Allah membantu kita bertempur untuk kebebasan. Joy[36] Bangla.[37]

Melalui pesan di radio, Sheikh Mujib juga mengajak rakyat untuk melawan pasukan pendudukan.[38] Mujib ditangkap pada malam 25-26 Maret 1971 pada pukul 1:30 a.m. (menurut berita di Radio Pakistan tanggal 29 Maret 1971).

Telegram berisi deklarasi Sheikh Mujibur Rahman didapat oleh pelajar di Chittagong. Pesan teersebut diterjemahkan ke bahasa Bengali oleh Dr. Manjula Anwar. Para pelajar gagal untuk mendapat izin untuk menyiarkan pesan dari Stasiun Agrabad milik Radio Pakistan. Mereka menyebrangi Jembatan Kalurghat ke wilayah yang dikuasai oleh Resimen Bengal Timur dibawah Mayor Ziaur Rahman. Tentara Bengal menjaga stasiun ketika sedang mempersiapkan transmisi. Pada pukul 19:45 tanggal 27 Maret 1971, Mayor Ziaur Rahman menyiarkan pengumuman mengenai deklarasi deklarasi kemerdekaan atas nama Sheikh Mujibur yang berisi sebagai berikut.

Ini adalah Shadhin Bangla Betar Kendro. Saya, Mayor Ziaur Rahman, atas pengarahan sheikh Bangobondhu Mujibur Rahman, mendeklarasikan bahwa Republik Rakyat Bangladesh yang merdeka telah didirikan. Atas arahannya, saya telah mengambil komando sebagai Kepala Republik sementara. Atas nama Sheikh Mujibur Rahman, saya mengajak semua rakyat Bengal untuk bangkit melawan serangan Tentara Pakistan Barat. Kita akan bertempur sampai akhir untuk membebaskan Tanah Air kita. Atas kemuliaan Allah, kemenangan milik kita. Joy Bangla. Suara pengumuman Zia (wawancara - Belal Mohammed)

Kemampuan transmisi Stasiun Radio Kalurghat terbatas. Pesan ini dibawah oleh kapal Jepang di Teluk Bengal. Pesan ini lali ditransmisikan kembali oleh Radio Australia dan nantinya oleh British Broadcasting Corporation.

M A Hannan, pemimpin Liga Awami dari Chittagong, dikatakan telah mengumumkan deklarasi kemerdekaan di radio pada tanggal 26 Maret 1971[39]. Terdapat kontroversi mengenai deklarasi tersebut. Sumber BNP menyatakan bahwa deklarasi dinyatakan pada tanggal 26 Maret, dan tidak terdapat pesan berisi deklarasi kemerdekaan dari Mujibur Rahman. Sumber Pakistan, seperti Siddiq Salik dalam Witness to Surrender telah menulis bahwa ia mendengar mengenai pesan Mujibor Rahman di radio sementara Operasi Searchlight berlangsung, dan Mayor Jendral Hakeem A. Qureshi di bukunya, The 1971 Indo-Pak War: A Soldier's Narrative, memberikan tanggal pidato Zia pada 27 Maret 1971[40].

26 Maret 1971 secara resmi adalah Hari Kemerdekaan Bangladesh, dan nama Bangladesh berpengaruh untuk selanjutnya. Pada Juli 1971, Perdana Mentri India, Indira Gandhi secara terbuka menyebut bekas Pakistan Timur sebagai Bangladesh.[41] Beberapa orang Pakistan dan pejabat India terus menggunakan nama "Pakistan Timur" sampai 16 Desember 1971.

[sunting] Perang Kemerdekaan

[sunting] Maret sampai Juni

Selebaran dan pamflet memainkan peran penting dalam mengarahkan opini publik selama perang.
Selebaran dan pamflet memainkan peran penting dalam mengarahkan opini publik selama perang.

Awalnya, perlawanan dilakukan spontan dan tidak terorganisir, dan tidak diduga akan berlangsung lama.[42] Namun, ketika Tentara Pakistan mengambil tindakan keras terhadap penduduk, perlawanan mulai meningkat. Keaktifan Mukti Bahini meningkat. Militer Pakistan berusaha menumpas mereka, tetapi jumlah tentara Bengal yang berkhianat ke "tentara Bangladesh" bawah tanah meningkat. Tentara Bangladesh tersebut pelan-pelan bergabung dengan Mukti Bahini dan mendukung persenjataan mereka dengan bantuan dari India. Pakistan merespon dengan mengirim dua divisi infantri dan mereogranisir tentara mereka. Mereka juga memanggil tentara paramiliter di Razakar, Al-Badr dan Al-Sham (yang kebanyakan merupakan anggota dari Jamaat-e-Islami dan grup Islamis lainnya), dan juga rakyat Bengal yang melawan kemerdekaan, dan Muslim Bihar yang menetap selama pembagian India. Pemerintahan Bangladesh dalam pembuangan didirikan pada 17 April di Mujib Nagar.

[sunting] Juni – September

Sebelas sektor di Bangladesh.
Sebelas sektor di Bangladesh.

Komando tentara Bangladesh didirikan pada 11 Juli, dengan Kolonel M A G Osmani sebagai kepala komando, Letnan Kolonel Abdur Rab sebagai kepala Petugas Tentara dan Kapten A K Khandker sebagai Wakil Kepala Petugas Tentara dan kepala Angkatan Udara.

Bangladesh terbagi menjadi Sebelas Sektor, dengan tiap sektor terdapat komandan yang dipilih dari perwira yang berkhianat dari tentara Pakistan untuk melakukan operasi gerilya dan melatih tentara. Kebanyakan dari kemah pelatihan terletak di dekat wilayah perbatasan dan beroperasi dengan bantuan India. Sektor ke-10 secara langsung dibawah Panglima Tertinggi dan termasuk Panglima Tertinggi Angkatan laut dan Panglima Tertinggi pasukan khusus.[43] Three brigades (11 Battalions) were raised for conventional warfare; a large guerrilla force (estimated 100,000) was trained.

Operasi gerilya, yang berkurang selama fase pelatihan, diangkat setelah agustus. Sektor ekonomi dan militer di Dhaka di serang. Kisah sukses utama adalah Operasi Jackpot, dengan komando angkatan laut mensabotase kapal Pakistan di Chittagong dengan ranjau pada 16 Agustus 1971. Pembalasan dendam Pakistan merenggut nyawa ribuan nyawa penduduk. Tentara India memberikan bantuan kepada Mukti Bahini melalui BSF. Mereka mengorganisir enam sektor untuk pemberian bantuan kepada tentara Bangladesh.

[sunting] Oktober - Desember

Tentara Bangladesh menyerang pos perbatasan. Kamalpur, Belonia dan Pertempuran Boyra adalah sedikit contoh. 90 dari 370 pos perbatasan jatuh ke tangan tentara Bangladesh. Serangan gerilya diperkuat, namun pembalasan dendam Pakistan dan Razakar terhadap penduduk juga meningkat. Tentara Pakistan diperkuat dengan delapan batalion dari Pakistan Barat. Pejuang kemerdekaan Bangladesh bahkan berhasil merebut landasan terbang di Lalmonirhat dan Shalutikar untuk sementara waktu.[44] Kedua landasan tersebut digunakan untuk menerima bantuan dan senjata dari India. Pakistan mengirim 5 batalion dari Pakistan Barat sebagai bantuan.

[sunting] Kooperasi dengan India

Ilustrasi menunjukan pergerakan tentara dan satuan militer selama perang.
Ilustrasi menunjukan pergerakan tentara dan satuan militer selama perang.

Pertempuran utama

  • Pertempuran Boyra
  • Pertempuran Garibpur
  • Pertempuran Dhalai
  • Pertempuran Hilli
  • Pertempuran Kushtia

Khawatir akan meningkatnya keterlibatan India, Angkatan Udara Pakistan melancarkan serangan terhadap India. Serangan ini dilakukan seperti Operasi Focus yang dilakukan oleh Angkatan Udara Israel selama Perang Enam Hari. Namun, rencana Pakistan untuk mencapai keberhasilan gagal dan dianggap sebagai agresi terhadap India.

Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menyatakan perang terhadap Pakistan dan mendukung Mukti Bahini. Ia memerintahkan mobilisasi tentara dan melancarkan invasi skala penuh. Hal ini menandai dimulainya Perang India-Pakistan tahun 1971 secara resmi.

Tiga korps India terlibat dalam invasi Pakistan Timur. Mereka didukung oleh tiga brigade Mukti Bahini. Tentara ini lebih besar daripada tiga divisi tentara Pakistan[45]. India dengan cepat mengacaukan negara, melewati benteng-benteng yang sangat dilindungi. Tentara Pakistan tidak dapat melakukan serangan balasan, karena mereka didistribusikan dalam satuan kecil di sekitar perbatasan untuk membalas serangan gerilya Mukti Bahini.[46] Tidak dapat melindungi Dhaka, Pakistan menyerah pada 16 Desember 1971.

Tank T-55 India bergerak menuju Dhaka. Keterlibatan militer India memerankan peran penting dalam kemenangan pemberontak Bangladesh.
Tank T-55 India bergerak menuju Dhaka. Keterlibatan militer India memerankan peran penting dalam kemenangan pemberontak Bangladesh.

Intelijen eksternal India, R.A.W., memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan logistik ke Mukti Bahini selama perang.

[sunting] Respon Pakistan

Pakistan melancarkan beberapa serangan ke front barat India agar tentara India menjauh dari Pakistan Timur. Pakistan mencoba melawan dan meningkatkan moral dengan menggunakan Special Services Group dalam misi sabotase dan penyelamatan. Hal tersebut tidak dapat menghentikan serangan India, yang kecepatan dan kekuatannya terlalu besar untuk Pakistan.

[sunting] Perang laut dan udara

Angkatan Udara India melakukan beberapa serangan terhadap Pakistan, dan dalam waktu satu minggu, India berhasil mendominasi langit Pakistan Timur. India mencapai keunggulan udara pada akhir minggu pertama dengan semua kontingen udara Pakistan di timur, PAF No.14 Squadron, jatuh karena serangan udara India di Tejgaon, Kurmitolla, Lal Munir Hat dan Shamsher Nagar. Sea Hawks dari INS Vikrant juga menyerangChittagong, Barisal, Cox's Bazar, menghancurkan sayap timur Angkatan Laut Pakistan dan memblokade pelabuhan Pakistan Timur, sehingga memotong jalur tentara Pakistan untuk melarikan diri. Angkatan Laut Bangladesh (terdiri dari perwira dan pelaut yang berkhianat dari Pakistan) membantu India dalam peperangan laut, membantu melakukan serangan, terutama dalam Operasi Jackpot.

[sunting] Menyerah dan akibat

Letjen Pakistan A. A. K. Niazi menandatangani instrumen menyerah pada 16 Desember.
Letjen Pakistan A. A. K. Niazi menandatangani instrumen menyerah pada 16 Desember.
Tanda tangan letjen India J.S. Aurora dan Letjen Pakistan A.A.K. Niazi dalam Instrumen Menyerah.
Tanda tangan letjen India J.S. Aurora dan Letjen Pakistan A.A.K. Niazi dalam Instrumen Menyerah.

Pakistan menyerah kepada India dan Bangladesh pada tanggal 16 Desember 1971. Rakyat Bangladesh gembira akan pembebasan mereka. Bangladesh kini memerlukan pengakuan internasional, karena hanya sedikit negara yang mengakui Bangladesh. Bangladesh meminta pengakuan di PBB, tetapi Tiongkok memveto hal ini karena Pakistan adalah sekutu mereka.[47] Amerika Serikat adalah salah satu dari negara terakhir yang mengakui Bangladesh.[48] Untuk memperlancar transisi, pada tahun 1972, Persetujuan Simla ditandatangani antara India dan Pakistan. Persetujuan ini menyatakan bahwa Pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh dan sebaliknya tahanan perang Pakistan dilepaskan.

Untuk menunjukkan itikad baik, hampir 200 tentara Bengal yang dicari karena kejahatan perang diampuni India. Persetujuan ini juga mengembalikan lebih dari 13.000 km² wilayah yang dikuasai India di Pakistan Barat selama perang, meskipun India tetap menahan beberapa wilayah strategis;[49] terutama Kargil (Kargil merupakan titik fokus sebuah perang antara India dan Pakistan tahun 1999). Hal ini dilakukan sebagai sebuah langkah untuk mempromosikan "perdamaian kekal" dan diakui oleh banyak pengamat sebagai tanda kedewasaan India. Namun, beberapa di India merasa bahwa traktat ini terlalu toleran terhadap Bhutto. Mereka menganggap bahwa demokrasi yang retak di Pakistan akan hancur jika persetujuan ini dirasa kejam oleh Pakistan.

[sunting] Reaksi Pakistan Barat terhadap perang

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ a b India - Pakistan War, 1971; Introduction - Tom Cooper, Khan Syed Shaiz Ali
  2. ^ Pakistan & the Karakoram Highway By Owen Bennett-Jones, Lindsay Brown, John Mock, Sarina Singh, Pg 30
  3. ^ p442 Indian Army after Independence by KC Pravel: Lancer 1987 [ISBN 81-7062-014-7]
  4. ^ a b Figures from The Fall of Dacca by Jagjit Singh Aurora in The Illustrated Weekly of India dated 23 Desember 1973 quoted in Indian Army after Independence by KC Pravel: Lancer 1987 [ISBN 81-7062-014-7]
  5. ^ Figure from Pakistani Prisioners of War in India by Col S.P. Salunke p.10 quoted in Indian Army after Independence by KC Pravel: Lancer 1987 [ISBN 81-7062-014-7]
  6. ^ Hamoodur Rahman Commission Report, chapter 2, paragraph 33
  7. ^ a b Matthew White's Death Tolls for the Major Wars and Atrocities of the Twentieth Century
  8. ^ Genocide in Bangladesh, 1971. Gendercide Watch.
  9. ^ Emerging Discontent, 1966-70. Country Studies Bangladesh
  10. ^ Anatomy of Violence: Analysis of Civil War in East Pakistan in 1971: Military Action: Operation Searchlight Bose S Economic and Political Weekly Special Articles, 8 Oktober 2005
  11. ^ The Pakistani Slaughter That Nixon Ignored , Syndicated Column by Sydney Schanberg, New York Times, 3 Mei 1994
  12. ^ a b Crisis in South Asia - A report by Senator Edward Kennedy to the Subcommittee investigating the Problem of Refugees and Their Settlement, Submitted to U.S. Senate Judiciary Committee, 1 November 1971, U.S. Govt. Press.pp6-7
  13. ^ India and Pakistan: Over the Edge. TIME 13 December 1971 Vol. 98 No. 24
  14. ^ a b Library of Congress studies
  15. ^ Demons of December — Road from East Pakistan to Bangladesh
  16. ^ Rounaq Jahan (1972). Pakistan: Failure in National Integration. Columbia University Press. ISBN 0-231-03625-6. Pg 166-167
  17. ^ Al Helal, Bashir, Gerakan Bahasa, Banglapedia
  18. ^ a b Language Movement. (PHP) Banglapedia - The National Encyclopedia of Bangladesh. Asiatic Society of Bangladesh. URL diakses pada 2007-02-06
  19. ^ International Mother Language Day - Background and Adoption of the Resolution. Government of Bangladesh. URL diakses pada 2007-06-21
  20. ^ Rahman, Tariq (September 1997). "Language and Ethnicity in Pakistan". Asian Survey 37 (9): 833–839. URL diakses pada 2007-06-21.
  21. ^ a b Rahman, Tariq (1997). "The Medium of Instruction Controversy in Pakistan" (PDF). Journal of Multilingual and Multicultural Development 18 (2): 145–154. URL diakses pada 2007-06-21.
  22. ^ a b c Oldenburg, Philip (August 1985). ""A Place Insufficiently Imagined": Language, Belief, and the Pakistan Crisis of 1971". The Journal of Asian Studies 44 (4): 711–733. DOI:10.2307/2056443. URL diakses pada 2007-06-21.
  23. ^ India Meteorological Department. (1970). Annual Summary - Storms & Depressions. (PDF) India Weather Review 1970. URL diakses pada 2007-04-15
  24. ^ Kabir, M. M..; Saha B. C.; Hye, J. M. A. Cyclonic Storm Surge Modelling for Design of Coastal Polder. (PDF) Institute of Water Modelling. URL diakses pada 2007-04-15
  25. ^ Schanberg, Sydney, "Yahya Condedes 'Slips' In Relief", New York Times, 1970-11-22.
  26. ^ Staff writer. "East Pakistani Leaders Assail Yahya on Cyclone Relief", New York Times, Reuters, 1970-11-23.
  27. ^ Staff writer. "Copter Shortage Balks Cyclone Aid", New York Times, 1970-11-18.
  28. ^ Durdin, Tillman, "Pakistanis Crisis Virtually Halts Rehabilitation Work In Cyclone Region", New York Times, 1971-03-11.
  29. ^ Olson, Richard A Critical Juncture Analysis, 1964-2003. (PDF) USAID. URL diakses pada 2007-04-15
  30. ^ Sarmila Bose Anatomy of Violence: Analysis of Civil War in East Pakistan in 1971: Military Action: Operation Searchlight Economic and Political Weekly Special Articles, 8 Oktober 2005
  31. ^ Salik, Siddiq, Witness To Surrender, p63, p228-9 id = ISBN 9-840-51373-7
  32. ^ From Deterrence and Coercive Diplomacy to War - The 1971 Crisis in South Asia. Asif Siddiqui, Journal of International and Area Studies Vol.4 No.1, 1997. 12. pp 73-92.
  33. ^ Virtual Bangladesh : History : The Bangali Genocide, 1971
  34. ^ Debasish Roy Chowdhury, , "'Indians are bastards anyway'", Asia Times, 2005-06-23.
  35. ^ Malik, Amita (1972). The Year of the Vulture. New Delhi: Orient Longmans, 79-83. ISBN 0804688176.
  36. ^ "Joy" dalam bahasa Bengali berarti menang
  37. ^ J. S. Gupta The History of the Liberation Movement in Bangladesh Page ??
  38. ^ The Daily Star, 26 Maret 2005 Article not specified
  39. ^ Virtual Bangladesh
  40. ^ Annex M (Oxford University Press, 2002 ISBN 0-19-579778-7)
  41. ^ India, Pakistan, and the United States: Breaking with the Past By Shirin R. Tahir-Kheli ISBN 0-87609-199-0, 1997, Council on Foreign Relations. pp 37
  42. ^ Pakistan Defence Journal, 1977, Vol 2, p2-3
  43. ^ Bangladesh Liberation Armed Force, Liberation War Museum, Bangladesh.
  44. ^ India - Pakistan War, 1971; Introduction By Tom Cooper, with Khan Syed Shaiz Ali
  45. ^ Bangladesh: Out of War, a Nation Is Born
  46. ^ Indian Army after Independance by Maj KC Praval 1993 Lancer p317 [ISBN 1 897829 45 0]
  47. ^ Section 9. Situation in the Indian Subcontinent, 2. Bangladesh's international position - Ministry of Foreign Affairs of Japan
  48. ^ Guess who's coming to dinner Naeem Bangali
  49. ^ The Simla Agreement 1972 - Story of Pakistan

[sunting] Referensi

  • Pierre Stephen and Robert Payne: Massacre, Macmillan, New York, (1973). ISBN 0-02-595240-4
  • Christopher Hitchens “The Trials of Henry Kissinger”, Verso (2001). ISBN 1-85984-631-9
  • Library of Congress Country Studies

[sunting] Daftar pustaka

  • Ayoob, Mohammed and Subrahmanyam, K., The Liberation War, S. Chand and Co. pvt Ltd. New Delhi, 1972.
  • Bhargava, G.S., Crush India or Pakistan's Death Wish, ISSD, New Delhi, 1972.
  • Bhattacharyya, S. K., Genocide in East Pakistan/Bangladesh: A Horror Story, A. Ghosh Publishers, 1988.
  • Brownmiller, Susan: Against Our Will: Men, Women, and Rape, Ballantine Books, 1993.
  • Choudhury, G.W., "Bangladesh: Why It Happened." International Affairs. (1973). 48(2): 242-249.
  • Choudhury, G.W., The Last Days of United Pakistan, Oxford University Press, 1994.
  • Govt. of Bangladesh, Documents of the war of Independence, Vol 01-16, Ministry of Information.
  • Kanjilal, Kalidas, The Perishing Humanity, Sahitya Loke, Calcutta, 1976
  • Johnson, Rob, 'A Region in Turmoil' (New York and London, 2005)
  • Malik, Amita, The Year of the Vulture, Orient Longmans, New Delhi, 1972.
  • Mascarenhas, Anthony, The Rape of Bangla Desh, Vikas Publications, 1972.
  • Matinuddin, General Kamal, Tragedy of Errors: East Pakistan Crisis, 1968–1971, Wajidalis, Lahore, Pakistan, 1994.
  • Mookherjee, Nayanika, A Lot of History: Sexual Violence, Public Memories and the Bangladesh Liberation War of 1971, D. Phil thesis in Social Anthropology, SOAS, University of London, 2002.
  • National Security Archive, The Tilt: the U.S. and the South Asian Crisis of 1971
  • Quereshi, Major General Hakeem Arshad, The 1971 Indo-Pak War, A Soldiers Narrative, Oxford University Press, 2002.
  • Rummel, R.J., Death By Government, Transaction Publishers, 1997.
  • Salik, Siddiq, Witness to Surrender, Oxford University Press, Karachi, Pakistan, 1977.
  • Sisson, Richard & Rose, Leo, War and secession: Pakistan, India, and the creation of Bangladesh, University of California Press (Berkeley), 1990.
  • Totten, Samuel et al, eds., Century of Genocide: Eyewitness Accounts and Critical Views, Garland Reference Library, 1997
  • US Department of State Office of the Historian, Foreign Relations of the United States: Nixon-Ford Administrations, vol. E-7, Documents on South Asia 1969–1972
  • Zaheer, Hasan: The separation of East Pakistan: The rise and realization of Bengali Muslim nationalism, Oxford University Press, 1994.

[sunting] Pranala luar


aa - ab - af - ak - als - am - an - ang - ar - arc - as - ast - av - ay - az - ba - bar - bat_smg - bcl - be - be_x_old - bg - bh - bi - bm - bn - bo - bpy - br - bs - bug - bxr - ca - cbk_zam - cdo - ce - ceb - ch - cho - chr - chy - co - cr - crh - cs - csb - cu - cv - cy - da - de - diq - dsb - dv - dz - ee - el - eml - en - eo - es - et - eu - ext - fa - ff - fi - fiu_vro - fj - fo - fr - frp - fur - fy - ga - gan - gd - gl - glk - gn - got - gu - gv - ha - hak - haw - he - hi - hif - ho - hr - hsb - ht - hu - hy - hz - ia - id - ie - ig - ii - ik - ilo - io - is - it - iu - ja - jbo - jv - ka - kaa - kab - kg - ki - kj - kk - kl - km - kn - ko - kr - ks - ksh - ku - kv - kw - ky - la - lad - lb - lbe - lg - li - lij - lmo - ln - lo - lt - lv - map_bms - mdf - mg - mh - mi - mk - ml - mn - mo - mr - mt - mus - my - myv - mzn - na - nah - nap - nds - nds_nl - ne - new - ng - nl - nn - no - nov - nrm - nv - ny - oc - om - or - os - pa - pag - pam - pap - pdc - pi - pih - pl - pms - ps - pt - qu - quality - rm - rmy - rn - ro - roa_rup - roa_tara - ru - rw - sa - sah - sc - scn - sco - sd - se - sg - sh - si - simple - sk - sl - sm - sn - so - sr - srn - ss - st - stq - su - sv - sw - szl - ta - te - tet - tg - th - ti - tk - tl - tlh - tn - to - tpi - tr - ts - tt - tum - tw - ty - udm - ug - uk - ur - uz - ve - vec - vi - vls - vo - wa - war - wo - wuu - xal - xh - yi - yo - za - zea - zh - zh_classical - zh_min_nan - zh_yue - zu -