Morfologi Tanaman Aren
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke artikel Enau. (Perbincangkan) |
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman dari suku Palmae yang tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi, seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 provinsi sekitar 70.000 Ha.
Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi salah satu alternatif biofuel, yaitu menjadi etanol. Aren juga memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan beberapa produk berpotensi untuk diekspor, bahkan aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama, namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan. Tanaman Aren atau enau ( Arenga pinnata Merr.) merupakan salah satu jenis tanaman palmae yang syarat tumbuhnya memerlukan udara tropis seperti Indonesia. Sama halnya dengan kelapa, hampir seluruh bagian tanaman aren bernilai ekonomis. Akar, batang, daun, buah, ijuk dan tandan bunga jika dimanfaatkan secara optimal akan mampu mengangkat taraf ekonomi para petani dan pedagangnyanya. Salah satu hasil produksi aren yang terkenal adalah gulanya. Disadap dari tandan bunga jantan untuk diambil niranya, dikentalkan melalui proses pemanasan kemudian dicetak. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi. Namun tanaman ini kurang mendapatkan perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagi pihak. Padahal permintaan produk-produk yang dihasilkan tanaman ini, baik untuk kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negri terus meningkat (Sunanto, 1993). Kelapa ( Cocos nucifera ), pinang ( Areca catchecu ), dan aren ( Arenga pinnata ) adalah tanaman yang termasuk dalam famili palmae telah digunakan dalam pengobat-an tradisional secara turun-temurun. Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman dari suku Palmae yang memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan berpotensi eksor, aren berperan sebagai sumber gula, penyuplai energi dan berfungsi dalam pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama. Namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang diusahakan adalah tumbuh secara alamia atau belum dibudidayakan. Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah mendapat perhatian pemerintah untuk mendapat teknologi tentang aren. Teknologi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan teknik pengolahan "palm wine". Tanaman aren ini tersebar pada hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti Papua, Maluku, SumateraUtara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Sulawesi, Bengkulu, Kalimantan selatan dan Nangro Aceh Darusalam. Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren mempunyai kegunaan bagi kehidupan manusia, juga merupakan tanaman yang dapat berperan dalam mencegah erosi tanah terutama daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih 6 meter pada kedalam tanah Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr ) merupakan tanaman dari suku Palmae yang tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi, seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 provinsi sekitar 70.000 Ha (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, Manado). Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi salah satu alternatif biofuel, yaitu menjadi etanol. Aren juga memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan beberapa produk berpotensi untuk diekspor, bahkan aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama, namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, Manado). Tanaman enau yang tumbuh ataupun yang dibudidayakan, tidak pernah diperhatikan secara khusus oleh petunia enau. Terutama untuk pemupukkan, biasanya petani tidak pernah memupuknya dan juga tidak pernah diperhatikan gulma yang tumbuh disekitar enau karena dianggap tidak akan mengganggu tanaman enau tersebut. Tanaman aren (Arenga pinnata MERR) merupakan tanaman dari suku Palmae yang memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan berpotensi eksor, aren berperan sebagai sumber gula, penyuplai energi dan berfungsi dalam pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama. Namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang diusahakan adalah tumbuh secara alamia atau belum dibudidayakan. Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah mendapat perhatian pemerintah untuk mendapat teknologi tentang aren. Teknogi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan teknik pengolahan "palm wine". Tanaman aren ini tersebar pada hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti Papua, Maluku, SumateraUtara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Sulawesi, Bengkulu, Kalimantan selatan dan Nangro Aceh Darusalam. Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren mempunyai kegunaan bagi kehidupan manusia, juga merupakan tanaman yang dapat berperan dalam mencegah erosi tanah terutama daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih 6 meter pada kedalam tanah. Sumber Benih Tanaman aren dapat dikembangkan secara generatif yaitu melalui biji dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun
Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 -15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 – 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam.
Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun. 2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi
Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, maka perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruh oleh proses fisiologi tanaman. Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih sebagi sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik.
Teknologi Pembibitan Tahapan penyediaan benih tanaman aren dilakukan sebagai berikut : 1. Pengumpulan buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan biji dari buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah aren tidak gatal lagi.
3. Perkecambahan
Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya kotak plastik (Gambar 1) dengan media campuran pasir + serbuk gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.
4. Pembibitan
Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polibag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2, dan diisi ¾ bagian kantong polibag. Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.