Ilyas Ruhiyat
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Kyai Haji Mohammad Ilyas Ruhiat (lahir Cipasung, Jawa Barat, 31 Januari 1934 meninggal Tasikmalaya, 18 Desember 2007) adalah seorang ulama besar Nahdhatul Ulama, pernah menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (1992-1999).
Daftar isi |
[sunting] Kelahiran
KH Ilyas Ruhiat, dilahirkan di Cipasung pada 31 Januari 1934, ayahnya adalah ulama besar di kabupaten tersebut, KH Ruhiat dan ibunya Hj Aisyah.
[sunting] Pendidikan
Sebagai ulama yang cukup berpengaruh di kalangan NU, Ilyas hanya mengecap pendidikan formal selama 3 tahun di sekolah rakyat.
Namun Ilyas kecil tidak mau berhenti belajar. Semangat dan kegigihannya mempelajari segala hal, mendorong Ilyas mengambil kursus bahasa. Dua bahasa sekaligus dipelajarinya, Arab dan Inggris. Akhirnya dengan penguasaan bahasa Arab yang mumpuni, Ilyas muda mampu menguasai bidang ilmu Agama Islam.
Ilyas juga mendapat pendidikan pesantren yakni di Cipasung yang dipimpin ayahnya, KH Ruhiat. Sejak kecil, Ilyas berpembawaan tenang dan sejuk, namun diakui oleh para ulama di kalangan NU dan non-NU sebagai ulama yang cerdas.
Pada usia 9 tahun ia sudah menguasai kitab jurumiyah (ilmu nahwu) dan pada usia 15 tahun dia telah menguasai kitab Al Fiyah Ibnu Malik (Ilmu Sharaf yang dirakit dalam seribu bait syair).
Oleh karena itu sejak usia 15 tahun Ilyas sering dipercaya menggantikan ayahnya untuk mengajar. Ketika ayahnya ditangkap dan dipenjarakan oleh penjajah Belanda, Ilyaslah yang menggantikan posisi sang ayah sebagai guru di pesantren.
[sunting] Kegiatan organisasi
KH Ilyas memulai karirnya di organisasi NU sejak tahun 1954 dengan terpilih sebagai Ketua NU Cabang Tasikmalaya.
Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa barat. Kemudian pada tahun 1985-1989 ia terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.
Pada tahun 1989, saat muktamar NU di Krapyak, Ilyas menjadi salah seorang Rois Syuriah Pengurus Besar (PB) NU. Puncaknya,tahun 1994, pada muktamar ke-29 NU yang berlangsung di pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Ilyas terpilih sebagai Rois Am PB NU, mendampingi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Ketua Umum PB NU.
Pada saat muktamar NU di Krapyak KH Ilyas menjadi salah satu anggota Rois Syuriah PBNU. Kemudian sejak Munas dan konferensi besar NU di Bandar Lampung tahun 1992, Ilyas ditunjuk sebagai pelaksana Rois Aam Syuriah NU menggantikan Rois Aam KH Ahmad Siddiq yang wafat. Kemudian KH Ilyas kembali menjadi Rois Aam untuk periode berikutnya 1994-1999.
[sunting] Pernikahan
KH Ilyas menikah dengan Hj Dedeh Fuadah, dan memiliki tiga orang anak yaitu Acep Zamzan Noor, seorang sastrawan terkenal, Ida Nurhalida meraih master di UPI Bandung, dan si bungsu Enung Nursaidah Rahayu juga master pendidikan biologi.
[sunting] Meninggal
Beliau meninggal di Kediamannya di Kompleks Pesantren Cipasung, Tasikmalaya pada tanggal 18 Desember 2007 setelah menderita penyakit diabetes dan beberapa kali didera stroke.