Pulau Kalimantan
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Kalimantan | |
---|---|
Topografi Kalimantan |
|
Geografi | |
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 1°00′ LU 114°00′ BT |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Wilayah | 743,330 km² |
Titik tertinggi | Kinabalu 4,095 m |
Administrasi | |
Brunei | |
Distrik | Belait Brunei dan Muara Temburong Tutong |
Indonesia | |
Provinsi | Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur |
Malaysia | |
Negara bagian | Sabah Sarawak |
Demografi | |
Populasi | 16 juta (2000) |
Kepadatan | 22/km²/km² |
Kalimantan adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah Barat Pulau Sulawesi. Terbagi menjadi wilayah Brunei, Indonesia dan Malaysia.
Seringkali pulau ini secara keseluruhan disebut Borneo sedangkan wilayah Indonesia disebut Kalimantan, lalu wilayah Malaysia disebut Sarawak dan Sabah. Selain itu ada pula kesultanan Brunei.
Daftar isi |
[sunting] Sejarah awal
Di zaman Hindia-Belanda, Kalimantan dikenal sebagai Borneo. Ini tidak berarti nama Kalimantan tidak dikenal. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar pada tahun 1857 kepada pihak Residen Belanda di Banjarmasin ia menyebutkan pulau Kalimantan, tidak pulau Borneo. Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama Kalimantan lebih dikenal dari pada nama Borneo yang dipakai dalam administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Nama Kalimantan kembali mulai populer pada sekitar tahun 1940-an.
Pada abad ke-18, sebagian besar wilayah Kalimantan yaitu dari negeri Sambas sampai negeri Berau merupakan kerajaan bawahan dari Kesultanan Banjar, tetapi pada akhirnya menyusut menjadi sebagian kecil saja dari wilayah Kalimantan Selatan saat ini karena perjanjian dengan pihak Belanda. Dalam Perjanjian Karang Intan di masa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga (Susuhunan Nata Alam) (1808-1825), Kesultanan Banjar menyerahkan beberapa wilayah taklukannya kepada Hindia Belanda diantaranya wilayah Bulungan, Kutai, Pasir, Pagatan dan Kotawaringin. Daerah lainnya yang juga telah diserahkan kepada Belanda adalah Landak, Sambas, Sintang dan Sukadana. Hanya wilayah inti Kesultanan Banjar saja yang belum jatuh dalam gengaman Belanda sampai tahun 1860. Selanjutnya pada abad ke-19, Belanda mengakui berdirinya kerajaan-kerajaan (daerah distrik) yang langsung diperintah kepala bumiputera yang tunduk di bawah kekuasaan Belanda (Indirect Bestuur).
Pada abad XIV wilayah Kalimantan ditaklukan Gajah Mada. Setiap negeri yang merupakan sebuah daerah aliran sungai pada masa itu dipimpin seorang yang bergelar Sakai. Majapahit menempatkan wakilnya Maharaja Suryanata (1365) yang menjadi raja Negara Dipa berkedudukan di Candi Agung (Amuntai). Kerajaan melayu Hindu, pada masa itu yang terbesar adalah Tanjungpura (Kalimantan Barat), Tanjungnegara (Negara Dipa, Kalimantan Selatan) dan Tanjung Kute (Kalimantan Timur). Ketiga kerajaan tersebut masih meninggalkan jejak-jejak sejarah seperti candi dan yupa. Pada masa perkembangan agama Islam beberapa Kerajaan Hindu berubah menjadi Kerajaan Islam yang berciri budaya Muslim Melayu. Sebelum munculnya agama Islam semua penduduk Kalimantan dikategorikan berbudaya Dayak yang terdiri dari orang Dayak, Melayu Hindu dan Jawa Hindu. Kesultanan Banjar selaku wakil Kesultanan Demak di Kalimantan mewarisi beberapa wilayah bekas taklukan Majapahit.
Kesultanan Banjar membagi wilayah Kalimantan menjadi wilayah-wilayah Kota Raja, Negara Agung, Manca Negara dan Pasisiran. Kota Martapura ibukota Kesultanan Banjar sebagai ring pertama merupakan wilayah Kota Raja. Ring kedua daerah luar kota Martapura (Daerah Banjar) adalah wilayah Negara Agung (daerah inti kerajaan Banjar). Ring ketiga di luar daerah Banjar disebut daerah Manca Negara yaitu kawasan barat sampai daerah Kotawaringin dan di timur sampai daerah Pasir. Ring terluar yaitu wilayah di sebelah barat Kotawaringin sampai ke negeri Sambas disebut Pasisir Barat, sedangkan Pasisir Timur adalah kawasan di sebelah utara daerah Pasir sampai wilayah Berau-Bulungan.
[sunting] Asal-muasal nama
- Pertama Borneo dari kata Kesultanan Brunei Darussalam yang sebelumnya merupakan kerajaan besar dan luas (mencakup Serawak dan sebagian Sabah karena sebagian Sabah ini milik kesultanan Sulu-Mindanao. Para pedagang Portugis menyebutnya Borneo dan digunakan oleh orang-orang Eropa. Namun penduduk asli menyebutnya sebagai pulo Klemantan.
- Kedua menurut Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856), kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.
- Ketiga menurut Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV part 3 hlm 79 menyebutkan kebiasaan bangsa India kuno menyebutkan nama tempat sesuai hasil bumi seperti jewawut dalam bahasa sanksekerta yawa sehingga pulau itu disebut yawadwipa yang dikenal sebagai pulau Jawa sehingga berdasarkan analogi itu pulau itu yang dengan nama Sansekerta Amra-dwipa atau pulau mangga.
- Keempat menurut dari C.Hose dan Mac Dougall menyebutkan bahwa kata Kalimantan berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu.
- Kelima menurut W.H Treacher dalam British Borneo dalam jurnal M.B.R.A.S (1889), mangga liar tidak dikenal di Kalimantan utara. Lagi pula Borneo tidak pernah dikenal sebagai pulau yang menghasilkan mangga malah mungkin sekali dari sebutan Sago Island (pulau Sagu) karena kata Lamantah adalah nama asli sagu mentah.
- Keenam menurut Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Sriwijaya (LKIS 2006), kata Kalimantan bukan kata melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.
[sunting] Administrasi
Di Pulau Kalimantan terdapat sebagian wilayah Indonesia dan Malaysia. Wilayah Brunei seluruhnya berada di pulau ini.
[sunting] Indonesia
Kalimantan wilayah Indonesia dibagi menjadi empat provinsi:
- Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangkaraya
- Kalimantan Timur dengan ibu kota Samarinda
- Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin
- Kalimantan Barat dengan ibu kota Pontianak
[sunting] Malaysia
Negara-negara bagian Malaysia yang berada di Kalimantan:
[sunting] Masa Republik Indonesia Serikat
Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja.
Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Aji Sultan Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948.
Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Daerah Kalimantan Selatan" (daerah-daerah di luar Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan Daerah Istimewa Kalimantan Timur) tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.
Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa daerah yaitu :
- Daerah Istimewa Kalimantan Barat
- Daerah Istimewa Kalimantan Timur
- Dayak Besar
- Daerah Banjar
- Federasi Kalimantan Tenggara
[sunting] Residen dan Gubernur
Berikut adalah daftar nama-nama residen Inggris dan Belanda untuk wilayah Borneo-Belanda:
- Alexander Hare (1811), residen Inggris di Banjarmasin
- I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Banjarmasin
- C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Banjarmasin
- C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Banjarmasin
- J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Banjarmasin
- R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Banjarmasin
- W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Banjarmasin
Sejak tahun 1938, Borneo-Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin:
- Dr. A. Haga (1938-1942), gubernur Borneo berkedudukan di Banjarmasin
- Pangeran Musa Ardi Kesuma (1942-1945), Ridzie
- Ir. Pangeran Muhammad Noor (2 September 1945), gubernur Kalimantan berkedudukan di Yogyakarta
- dr. Moerjani (14 Agustus 1950), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
- Mas Subarjo (1953-1957), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
- Raden Tumenggung Arya Milono (1953-1957), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
Pembentukan kembali provinsi Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan, salah satu provinsi pertama). Tahun 1957 Kalimantan dibagi menjadi 3 provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Selanjutnya tahun 1958, terbentuklah propinsi Kalimantan Tengah sebagai pemekaran dari Kalimantan Selatan.
[sunting] Nama lain
- "Waruna Pura"
- "Tanjungpura" (Bakulapura) artinya pulau yang banyak memiliki tanjung (bakula).
- "Tanjung Negara" adalah sebutan untuk pulau Borneo oleh Kerajaan Majapahit, sebagai salah satu daerah yang delapan taklukan Kerajaan Majapahit.
- "Hujung Tanah" atau "Ujung Tanah" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam Hikayat Banjar dan Hikayat Raja-raja Pasai, nampaknya ini adalah nama yang dipakai oleh penduduk Sumatera dan sekitarnya untuk menyebut pulau Kalimantan.
- "Pulau Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari Majapahit mengenai akan dikuasai Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah pulau Kencana (Kalimantan).
- "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan.
[sunting] Kalimantan dalam nama
- Sarekat Kalimantan, fusi dari Persatuan Pemuda Marabahan dengan organisasi pemuda lokal di Kalimantan Selatan.
- Kalimantan Raya, surat kabar yang diterbitkan di Banjarmasin oleh A.A Hamidhan pada tanggal 5 Maret 1942.
- Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo, daerah Selatan dan Timur Kalimantan yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, yang diperintah seorang Residen sampai tahun 1942 beribukota di Banjarmasin.
[sunting] Kerajaan yang pernah ada
Di bawah ini adalah daftar kerajaan-kerajaan dan sebagian masih eksis di Pulau Kalimantan, diantaranya adalah:
|
|
|
[sunting] Periode sejarah Kalimantan
- 8000 SM : Migrasi manusia ras Austrolomelanesia memasuki pulau Borneo.
- 2500 SM : Migrasi bangsa Melayu Proto dari Yunnan ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak. Menurut sumber lain dari pulau Formosa (Taiwan).
- 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
- 400 : Mulawarman, raja ke-3 dari Kerajaan Kutai, keturunan dari Kudungga dari suku Dayak Tunjung, merupakan kerajaan Hindu pertama di Nusantara.
- 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.
- 1362 : Pulau Borneo ditaklukan oleh Majapahit.
- 24 September 1526 : Pangeran Samudera, raja Banjarmasih ke-1 memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
- 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
- 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama ibukota kerajaan Banjar, sehingga ibukota kerajaan Banjar dipindahkan ke Martapura.
- 21 Januari 1668 : Rombongan suku Bugis Wajo yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona mendirikan pemukiman di muara Karang Mumus, daerah yang telah disepakati dengan Sultan Kutai, diperingati sebagai Hari Jadi Samarinda.
- 25 Juni 1689 : Kapal Portugis dibawah pimpinan Kapten Cotingo memasuki daerah Pulau Petak, Kapuas dan menjalin hubungan dengan suku Dayak untuk menghadapi Kesultanan Banjar.
- 23 Oktober 1771 : Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas.
- 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka, setelah mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan 3000 pengikutnya.
- 1857 : surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar kepada pihak Residen Belanda di Banjarmasin ia menyebutkan pulau Kalimantan, tidak pulau Borneo.
- 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
- 1859 : Sultan Tamjidullah Alwasikh Billah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar, diturunkan dari tahta dan diasingkan ke Bogor.
- 11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk (pemerintahan) Kesultanan Banjar.
- 14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan oleh Kiai Adipati Jaya Raja, adipati (gubernur) wilayah Tanah Dusun, Kapuas dan Kahayan serta para kepala suku Dayak.
- 1895 : Penduduk Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China, 1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera.
- 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
- 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
- 1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1.
- 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non Islam).
- 1938 : Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda dengan dr. A. Haga sebagai gubernur. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
- 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
- 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
- 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju pedalam Barito yaitu Puruk Cahu, dengan rencana untuk merebut kembali ibukota Borneo (Banjarmasin) dengan perang gerilya.
- 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, ibukota Borneo (Kalimantan).
- 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil).
- 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya di Banjarmasin.
- 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).
- 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
- 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
- 2 September 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta melantik Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.
- 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Belanda.
- 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
- 18 April 1950 : Pembubaran Dewan Dayak Besar, Dewan Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
- 14 Agustus 1950 : Pembentukan kembali provinsi Kalimantan setelah bubarnya RIS dengan gubernur dr. Moerjani. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Jadi Propinsi Kalimantan Selatan.
- 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
- 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalimantan Selatan.
- 23 Mei 1957 : Pembentukan provinsi Kalimantan Tengah.
- 26 Mei s/d 29 Mei 2008 : Rakernas I Majelis Adat Dayak Nasional di Palangkaraya menuntut Otonomi Khusus untuk Kalimantan
Kalimantan Barat: Tanjungpura | Pontianak | Kubu | Mempawah | Sambas | Selimbau | Sekadau | Landak
Kalimantan Tengah: Kotawaringin
Kalimantan Selatan: Negara Daha | Banjar | Pagatan | Kusan | Tjingal | Sampanahan
Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara | Kutai Martadipura | Paser | Berau | Bulungan | Sambaliung | Gunung Tabur
Kalimantan Utara: Brunei | Sabah | Serawak | Sulu
Pulau-pulau utama di Indonesia | |
---|---|
Irian | Jawa | Kalimantan | Sulawesi | Sumatra |
Artikel mengenai geografi Indonesia ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia mengembangkannya. |