Aljir
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Aljir (Alger) | |
ولاية الجزائ El-Jazair |
|
|
|
|
|
|
|
Negara | Aljazair |
Wilaya | Provinsi |
|
|
Walikota | Mohamed Kebir Addou |
|
|
Koordinat | 36°42′LU 3°13′BT |
|
|
Penduduk | 2005 |
- Kota | 1.519.570 |
- Urban | 2.029.936 |
- Metro | 3.518.083 |
|
|
Zona waktu | CET (UTC+1) |
|
|
Kode pos | 16000-16132 |
Aljir (Arab ولاية الجزائر El-Jazair; Perancis Alger; Inggris Agiers ) adalah ibu kota Aljazair dan kota terbesar dari Aljazair yang terletak di Afrika Utara. Kota ini juga merupakan pelabuhan laut utama, pusat politik dan basis kebudayaan, juga "rumah" bagi para perompak Berber yang termasyhur dari abad ke-16 sampai abad ke-19.
Menurut sensus pada tahun 1998, populasi kota ini adalah 1.519.570 jiwa, sementara total penduduk adalah 2,135,630. Julukan kota ini adalah "Algiers Putih" ( Bahasa arab: El-Bahdja (البهجة) atau Alger la Blanche ("Algiers the White"), karena pancaran gedung-gedung putihnya yang merefleksikan sinar matahari saat terlihat dari lautan. Gedung-gedung ini terdapat di bagian barat Laut Mediterania.
Nama kota ini didapat dari lokasinya yang terletak di lembah perbukitan "Sahel", rantai bukit yang terletak sejajar dengan kawasan pesisir. Kordinat georgrafisnya adalah: 36°47′N 3°4′E
Daftar isi |
[sunting] Sejarah
Barbarossa, seorang panglima Turki yang menaklukkan Algiers untuk Kalifah Usmaniyah pada 1529, membebaskan pula Penon dari orang Spanyol, sesuai permintaan Emir Algiers. Lalu ia mengumpulkan bangsa Moor-yang telah diusir dari Spanyol-dan menjadikannya pasukan perompak penguasa samudra dan menakutkan bagi pedagang Eropa di Laut Tengah. Pada 1830, Perancis menaklukkan Algiers dan melumpuhkan pasukan perompak, mengubah Turki menjadi pangkalan militer untuk mengendalikan Afrika Barat dan Utara. Namun, selama 300 tahun sebelumnya, Aljir telah berkembang di bawah pemerintahan Barbarossa. Walau kekejaman Barbarossa terkenal di Eropa, ia adalah pemimpin baik. Para tawanan dibebaskan dalam kota, di mana mereka diperlakukan hampir sama dengan warga Algiers. Merekalah komoditas utama perompak Turki, sebab karenanyalah berhasil dibangun gedung-gedung putih yang menghadap ke Laut Tengah. Kota ini tumbuh dari asalnya yang tak dikenal sebagai koloni orang Funisia di Afrika Utara dan melebar sampai lereng Perbukitan Sahel serta pulau lepas pantai (direklamasi). Banyak usaha sia-sia untuk menghancurkan perompak itu, termasuk ekspedisi kelautan Kaisar Romawi Suci, Charles V pada 1541 dan oleh Inggris, Belanda, dan AS awal 1800-an. Serangan ini melemahkan dominasi Aljir, namun gagal menghancurkannya sampai serangan akhir Perancis pada 1830, yang mengakhiri pasukan perompak yang kuat dan hampir jadi mitos itu.
[sunting] Algiers modern
Aljazair bangkit menentang Perancis pada 1950-an dan merdeka 1962. Banyak orang Eropa keluar dari sana selama beberapa dekade. Kini Algiers terus tumbuh dengan populasi 1,7 juta pada 1990.
Bagian tertua kota itu-yang dibangun di lereng bukit bagian atas-masih menampakkan karakter awalnya, yang teridentifikasi dari rumah tinggi berdinding putih serta jalan sempit dan berliku. Kasbah yang terkenal masih mendominasi kota itu dan merupakan kediaman dua penguasa Turki trakhir di sana. Masjid Ketchaoua, dulu Katedral Saint Philip antara 1845-1962-pun masih jadi lambang menawan kota, sementara Museum Seni Populer dan Tradisi bertempat di salah satu istana Turki terindah yang pernah dibangun.
[sunting] Olahraga
Algiers akan menjadi tuan rumah All-Africa Games 2007 (ke-9) dari 11-23 Juli 2007. Sebelumnya Algiers pernah menjadi tuan rumah All-Africa Games 1978 (ke-3).
[sunting] Bibiliografi
Beckner, Chrisanne dan Soetrisno, Eddy. 2001. Buku Pintar 100 Kota Besar Bersejarah di Dunia. Jakarta : Ladang Pustaka dan Intimedia